Jumat, 18 Juli 2014

Memcicipi Memek Tetangga

Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah
mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima
belas tahun lamanya.
Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat
dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku.
Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin
para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke
kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak
pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap
setiap saat.
Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku
yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya
isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya
sangat putih mulus.
Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan
perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak
Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami
ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.
Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton
VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan
lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut
nonton bersama kami.
"Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!"
"Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian."
katanya menyebut isteriku.
Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku
yang tinggal sendirian di rumah.
"Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?" kata isteriku ketika kuajak.
Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja
supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku
hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak
mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.
Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu
menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke
kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku.
Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak
banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan
Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih
pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. 
Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan
mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.
"Mas.., sekarang Mas..!" pinta isteriku memelas.
Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.
Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, "Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?"
Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.
Sorenya Agus datang ke rumahku, "Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?" tanyanya setelah kami berbasa-basi.
"Maksudmu apa Gus..?" tanyaku heran.
"Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya."
Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling
berhadapan.
Agus langsung menambahkan, "Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas." katanya tanpa malu-malu.
"Begini saja Mas," tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, "Aku punya ide, gimana kalau nanti malam
kita bikin acara..?"
"Acara apa Gus..?" tanyaku penasaran.
"Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?"
"Pesta apaan..? Gila kamu."
"Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita
berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?"
Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol
tentang masa muda kami.
Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh
isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman
yang dibawakan Agus dari rumahnya.
Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa
seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty
juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini.
Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku
melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah
menggelegak mengalahkan pikiran normalku.
Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan
isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini
dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal
hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka
menantang.
Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
"Kegilaan apa lagi ini..?" batinku.
Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih
terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak
keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.
Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena
memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut.
Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.
Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi
aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya
dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian
yang berada di antara kedua paha Rini ini.
"Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!" erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.
Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi
seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun
dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah
terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.
Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang
tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari
telunjukku ke dalam.
"Sshh.., akh..!" Rini menggelinjang nikmat.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.
Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya
meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring,
sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku
sekarang yang bergetar hebat.
Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya,
sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty
ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty.
Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah
sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.
Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku
sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku
sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin
memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera
memasukkan kemaluanku ke lubangnya.
Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya
aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.
Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, "Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi
akhh..!"
Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang
kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu
yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap
kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini
berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami.
Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui
sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.
Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya
seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini.
Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang
membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari
belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar,
lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.
Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini
berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa
sempit sekali.
Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali
kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun
menikmati gaya ini.
Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu,
kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun
kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang
tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.
Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di
bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke
perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku
kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.
Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari
mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuatkuatnya.
Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini
menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil
bergetar hebat.
Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan
berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum
puas.
Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua
pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak
memperdulikannya.
Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau
kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti
pakaiannya dan menuju kamar mandi.
Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta.
Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu
Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..
TAMAT

Rabu, 16 Juli 2014

kucing di lempar ikan asin

Ini pertama kalinya saya menulis pengalaman senggama saya. Pengalaman ini ketika saya kuliah di Jakarta sekitar semester ke
– 4 ( 2002 ). Inisial saya Gun, semua dari saya biasa – biasa saja, kecuali nafsu seks saya yang diatas “biasa” dan ukuran P saya
yang sedikit diatas “biasa”.
Pengalaman tak terlupakan yang akan saya coba ceritakan ini dengan cewe ( selanjutnya saya inisialkan Yul ).
Sejak dikenalkan teman, saya sudah sangat tertarik dengan nih cewe. Benar – benar type fantasi saya, kurus, tinggi, putih,
jutek. ( saya beranggapan kalo cewe jutek itu ganas, ganas di ranjang, di toilet, di mobil…. ). Berlanjut mampir ke kostnya,
ngobrol, dll ( apel ).
Sampai pada hari yang jujur tidak pernah saya pikirkan datang secepat ini ( apel ke 3 kalo tidak salah ), ketika saya dating,
kamarnya sedang ramai kedatangan teman2x nya. Saya diajak gabung untuk ngobrol. Sampai sekitar jam 11, Yul sms saya (
walaupun berhadapan ),
Y : “Gun, dah malem. Nginep disini aja.”
G: “?Gak takut?”
Y : “Takut apa?”
G: “Ya takut apa aja…..”
Yul diam saja tidak balas lagi. Dalam hati “aduh, salah jawab gwa!!!”. Gwa coba sms lage.
G: “Kalo gwa nginep, temen2x yul entar pada tau. Gpp?”
Y : “Ya Gun pura2x pulang aja, mereka bubar, Yul kabarin. Ntar Gun balik sini lagi.”
Baca sms jawaban ini saya seperti kucing di lempar ikan asin. Kaget tapi “meongggg…”
Gwa ketik O K and send…
Rencana berjalan mulus, and gwa sudah di dalem kamarnya teman2xnya dah bubar tinggal kami berdua.
Y: “Ganti celana nih.” (Sambil menunjukan celana pendek.) “Gak enak tidur pake celana panjang gitu.”
Saya menuju pojok kamar, dibalik lemarinya untuk ganti celana.
Y: “Ngapain she ngumpet2x ( sembunyi2x )? Gak bakalan gwa liat juga.”
G: “malu.”
Y: “Halah!!!!”
Benar she, dia gak liat. Dia dah tiduran menghadap samping and membelakangi saya. Lalu saya rebahan seranjang disebelah
Yul. Saya maseh biasa2x saja. 1 menit, 2 menit, sampai sekitar 15 menit baru saya belingsatan. “Kok dia gak ada reaksi yah?”
dalam hati saya. Yul masih saja membelakangi saya. Mau mulai, takut saya. “GR amat gwa, diajak nginep bukan berarti mau
ML” pikir gwa.
Sampai akhirnya saya tidak tahan sendiri, saya coba untuk mulai pembicaraan. Tapi mungkin dasar cowo dah horny, bukannya
ngomong, malah mulut gwa nempel di pundaknya.
Mulanya agak kaget she, tapi karena dia gak ada reaksi, ya saya lanjutin. Seperti mulut kucing nyentuh kucing asin, ya pasti
kucingnya jilat. Iya khan?
Mulai dari pundak, Yul tidak bereaksi, berpindah ke leher, baru dia ada gerakan. Kepalanya mendongah, dan mulutnya sedikit
terbuka. Nafsuinnya….( maseh kebayang ampe sekarang ). Dia menoleh, menatap bibir saya, dan langsung saya cium. Maseh
ingat saya sensasinya itu. Masih ingat saya rasa manisnya. Gigi nya saya jilat, langit – langitnya, bibirnya tipis merahnya saya
hisap.
Tak lengkap rasanya tangan ini diam saja. Mulai kuremas BH nya. Semakin ku remas, semakin kuat Yul menghisap lidah ku.
Kucari kancing BH nya, begitu terlapas, 2 buah gumpalan daging yang putih, mulus, empuk, harum di hadapanku. Dan juga 2
titik pink diujungnya. Kuhisap, kugigit gigit titik itu. Semakin kuat ku hisap, ku gigit, semakin kuat jambakannya….
Tak puas hanya titik titik itu, lanjut ke bawah. Ku tarik CD krem nya ke bawah. Benar saja, Yul mempermudah dengan
menggangkap pantanya, melentangkn pahanya setelah CD terlapas.Kulihat garis horizontal tebal yang sangat kudambakan.
Kucium, kuhisap, kugigit lagi. ( sampai sekarang, ronde ini menjadi favoritku “bermain” dengan lawan jenis. ) V Yul yang begitu
istimewa, kering diluar, basah didalam, namun tidak becek. Bau khas yang harum bagi ku. Tak henti2xnya kuhisap, sampai
sempat kehabisan nafas.
Sampai dia menarik ku keatas dan memaksa buka kaos ku, menurunkan celanaku.
Y: “Suka diatas, atau dibawah?” dengan muka manis, jutek, mata sayu nya menanyakan.
G: “Dibawah.” Jawab asal saya, sebab dimana aja saya mau…
Berguling berpelukan, dan setelah diatas tangannya membimbing P ku menuju V nya. Sedikit demi sedikit diturunkan badannya.
Turun 2 centi naek 1 centi. Sampai centi terakhir kami berdua mendesah bebarengan. Kulihat matanya tertutup sambil agak
mendongak keatas mulutnya sedikit terbuka.
Masih kuingat seretnya, basahnya. Dan terutama saat dia berenti sejenak saat mencapai centi terakhir, giginya menggigit bibir
bawahnya menahan enaknya. Dan V nya berdenyut memijit. “Gila, ini baru masuk. Belum goyang.”
Tak tahan, aku tarik badannya, kucium yang ada di depan mulutku, mulutnya, dagunya, lehernya. Dan tak kusangka, pantatnya
naek turun memompa tampa menggerakkan bagian atas badannya. Ouch….
Kupandangi matanya…dia terdiam dan mata sayunya membalas menatap ku sambil pantatnya memompa. Goyangannya…
Tak tahan aku dibuatnya, namun aku tak ingin ini berakhir, sengsara juga menahan supaya jangan keluar.
Kepalanya mendongak keatas lama, kuliat lehernya menelan ludah, kurasakan badannya sedikit berkeringat, pahanya
menghimpit, pijitan V nya berubah menjadi himpitan V. Baru aku yakin dia puas. Aku tenang untuk tidak menahan puncak ku.
G: “mau keluar neh, sayang”
Y: “Keluarin aja, gpp.”
G: “Didalem gpp?”
Y: “Gpp. Bawel ah…” Mukanya seperti tidak suka diajak ngobrol. ( Setalah kenal lama dan sering berhubungan, dia mengaku
tidak suka ML sembari ngobrol. )
Sampailah puncakku. Kuhisap kencang bibir tipisnya. Ku dekap kencang. Namun kubiarkan pantatnya terus memompa. Rasa
ngilu yang melemaskan dengkulku kurasakan. 2 jempol untuk Yul, dia bisa memainkan ritme pompanya. Yul memperlambat
ritme pompanya setelah aku mencapai puncak namun tidak berhenti. Ahhhh…. Gilaaa…. Aku mau lagi….
Y: “Dah sayang?”
Dengan sisa tenagaku, aku mengangguk. Dan basa basi aku berbisik.
G: “Maap yah sayang.”
Y: “kenapa?”
G: “Duluan keluar. Yul belum khan?” ( padahal gwa tau kalo dia sudah keluar. )
Y: “Kata sapa?”
Puas sudah aku untuk saat ini. Tampa sempet mencabut P ku, kami tertidur.
Paginya aku dibangunkan oleh tangannya yang sedang meremas naik turun P ku.
G: “ketagihan yah?” ( sambil kuremas pantatnya )
Yul hanya tersenyum, bangun dan mengulang kejadian tadi malam.
Setelah kejadian itu, kami sering mengulang, ulang dan ulang, ulang lagi seperti sakau. Namun sayang, hubungan kami terhenti
setelah dia pulang kampung. Dan Yul menikah dengan laki laki pilihan orangtuanya…
Sampai sekarang nafsu ku tetap tinggi. Namun aku termasuk lelaki beruntung, ada beberapa teman wanita ku yang dengan
sukarela menjadi “selimut” ku. Tapi…dengan bertambahnya usia, teman wanita ku satu demi satu menikah dan memulai hidup
bahagia. Dan sekarang tinggallah aku sendiri. Dewi fortuna belum ada di pihak ku.
Selimut terakhirku adalah 2 bulan lalu, mantan TTM ( bukan “Teman Tapi Maksa” yah… ) ku yang sedang mengandung 8
bulan meminta bantuanku untuk menyetubuhinya. Dengan alasan, untuk mempermudah proses kelahiran, harus sering2x ML.
Dan menurutnya P suaminya itu kecil, tidak sebesar punyaku.

Memerawani pembantu kakakku

Langsung saja, aku Jimmy (28). Di usia yang sudah hampir 30 ini, aku belum juga dapat kerja yang benar, ya setidaknya itu kata orangtuaku,
padahal gelar Sarjana Pertanian sudah ada di genggamanku. Tapi, memang susah cari kerjaan di kota sebesar Surabaya. Akhirnya, awal tahun lalu
aku memutuskan untuk merantau ke Kupang, NTT. Kebetulan, kakakku Bram punya kios sembako.
“Udahlah Jim.., dari pada kamu nganggur, ke sini saja, bantu aku kelola bisnis kecil ini,” katanya waktu menelponku.
Yah, maklumlah, Mas Bram itu pegawai negeri dilingkup Diknas, dan Mbak Is, istrinya juga guru SD, yang selalu sibuk mengajar. Jadi, aku pun
mulai terbiasa menjaga kios sembako itu. Langgananku banyak, mulai dari yang tua hingga anak-anak. Soalnya, selain sembako, kini kios itu juga
berisi berbagai keperluan sehari-hari. Pokoknya lengkap deh. Kakakku pun memujiku, soalnya sejak aku yang mengurusi, kios itu jadi maju,
padahal aku baru 6 bulan disitu.
Eh, cerita ini berawal saat aku mulai merasakan kecapaian mengurusi dagangan. Apalagi kiosnya sudah diperbesar. Sedangkan aku hanya dibantu
oleh Nurce, pembantu rumah tangga kakakku, gadis 19 tahun yang asli Kupang itu.
“Wah, aku pegel-pegel nih Nur.., minum obat apa ya yang bagus..?” tanyaku pada Nurce suatu siang.
Nurce tidak langsung menjawab. Dia masih sibuk menata bungkusan Pepsodent ke dalam rak pajangan.
“Ngg apa Kak.., Kakak pegel-pegel..?” Nurce balik bertanya.
Memang anak itu selalu memanggilku dengan sebutan kakak, cukup sopan kok.
“Saya tau tukang jamu yang bagus Kak, bisa dipanggil lagi. Kalau mau, besok saya panggilkan deh,” jawabnya.
“Kok tukang jamu sih Nur..? Memang mujarab..?” tanyaku.
“Betul Kak, bagus banget kok khasiatnya, dan banyak yang langganan. Pokoknya Kakak lihat aja besok.”
Nurce kembali sibuk dengan bungkusan Pepsodent yang belum habis tertata. Sehari pun berselang. Dan, betul saja kata Nurce, pagi itu aku
kedatangan tamu. Namanya Mbak Sri, umurnya sekitar 30-35 tahunlah. Pakai kebaya khas tukang jamu gendong, ketat dan menampakkan lekukan
tubuh yang masih sangat seksi dan terlihat sintal.
“Selamat pagi Mass,” Mbak Sri sedikit mengagetkanku di depan pintu kios.
“Oh.., pagi Mbak.., ada apa ya..?” tanyaku sambil membenahi karungan beras yang baru kuatur.
“Ini pasti Mas Jimmy ya..? Ini lho, saya Mbak Sri. Saya diminta Nurce datang kesini, katanya Mas Jimmy-nya pingin nyobain Jamu pegelnya Mbak
Sri,” jawabnya.
“Ini ada jamu pegel dan jamu kuatnya sekalian Mas. Biar Mas Jimmy tambah seger dan perkasa,” katanya sambil langsung meracik jamu untukku,
tanpa membiarkan aku bicara dulu.
“Iya deh Mbak coba buatin..,” kataku.
Wah, saat meracik jamuku itu, Mbak Sri duduknya jongkok di depanku yang duduk di atas kursi. Jelas saja mataku dapat melihat sempurnanya
gundukan di dada Mbak Sri. Mungkin kalau dipakaikan Bra, ukurannya 36 atau lebih, terlihat kuning langsat dan segar, kayak jamunya. Aku terus
menikmati pemandangan itu sambil berkhayal tentang bagian tubuh lainnya milik Mbak Sri.
“Nah.., ini Mas, dicobain dulu jamunya,” Mbak Sri membuatku kaget lagi sambil menyodorkan segelas jamunya.
Aku sempat terpana saat melihat wajah Mbak Sri dari dekat, benar-benar mulus. Rasanya tidak pantas deh si Mbak dapat kerjaan seperti ini, lebih
pantas jadi istri pejabat.
“Ngmm.. si Nurcenya dimana Mbak..?” aku pura-pura bertanya sambil menerima gelas jamu yang disodorkan.
“Oh.. tadi langsung ke pasar. Katanya mau belanja buat masak menu makan siang,” jawab Mbak Sri.
Aku pun langsung menengguk jamunya. Glek..glek..glek..
“Ahh.. agak pahit nih Mbak..”
Kukembalikan gelas jamu itu. Lalu Mbak Sri menuangkan campuran gula merah penghilang pahit dan langsung kutenggak.
“Gimana..? Udah hilang to pahitnya Mas..?” kata Mbak Sri sambil mencoba mengikat kembali kain penggendong jamu, Mbak Sri memberi tahu
tarifnya.
“Semuanya tiga ribu Mas, murah meriah,” katanya.
Kubayar dengan pecahan lima ribuan.
“Kembaliannya ambil aja Mbak.., jamunya enak,” kataku.
Mbak Sri berterima kasih, tapi tidak langsung pergi.
“Mas.., tolong angkatkan tempat jamu ini ke punggung saya ya..” pintanya.
Duh.., kesempatan nih, aku langsung berpikir ngeres untuk melihat bukit di dada Mbak Sri dari belakang.
“Ohh.. dengan senang hati Mbak..,” kataku.
Perlahan kuangkat tempat jamu yang lumayan berat itu, lalu aku mencoba meletakkan pada lipatan kain di punggung Mbak Sri. Dan, mataku
jelalatan ke dadanya. Wah, si Mbak nggak tahu kalau dadanya lagi diintip. Sekali lagi aku menarik nafas ketika melihat gundukan daging di dada
Mbak Sri.
“Sudah Mas..?”
Aku sungguh kaget mendengar suara Mbak Sri, dan tanpa sadar tubuhku malah terjorok ke depan hingga kemaluanku yang sudah mengembang di
balik celana menyentuh pantat Mbak Sri. Duhai.. lembut sekali bagian tubuh Mbak Sri itu.
“Eh.., maaf Mbak..,” hanya itu kataku.
“Nggak apa kok,” jawabnya, lalu meninggalkanku di kios sendirian.
Tidak lama kemudian Nurce pulang dari pasar dengan belanjaan yang lumayan banyak.
“Kak Jim.. tolong donk..!” teriaknya waktu baru turun dari angkot.
Aku bergegas ke arahnya dan membantunya mengangkat belanjaan.
“Apa aja sih ini Nur..? Kok berat banget..?”
“Ya belanjaan Kak.., buat seminggu sekalian biar nggak bolak-balik pasar,” jawab Nurce.
Setelah menyusun belanjaan di lemari es, kami lalu kembali ke kios.
“Gimana Kak, Mbak Sri sudah datang..?” tanya Nurce.
“Udah..,” jawabku.
“Wah, udah seger dong minum jamunya Mbak Sri..,”
“He-eh..,”
Tiba-tiba, entah mengapa aku merasa ada getaran aneh waktu aku menatap Nurce yang sedang jongkok membenahi rak pajangan. Aku jadi ingat
pantatnya Mbak Sri. Apalagi Nurce pakai celana pendek kolor, wah aku benar-benar merasa ada getaran aneh nih. Cantik juga pembantu kakakku
ini, tubuhnya yang agak bongsor dengan rambut panjang dan hitam serta kulit sawo matang tapi bersih. Huhh.., aku tergoda.
“Eh.. Nur.., bisa pijetin Kakak nggak? Rasanya baru siip nih kalau abis minum jamu dipijitin,” kataku.
“Sebentar ya Kak, saya beresin ini dulu,” jawab Nurce tanpa melihatku.
Aku bangun dan mendekatinya,
“Sudah deh, itunya nanti saja, lagian udah siang dan kiosnya kan sebentar lagi tutup,” kataku sambil menarik tangan Nurce. Nurce pun menuruti
ajakanku.
“Dimana pijitnya Kak..?” Nurce bertanya.
“Di kamar Kakak saja ya,” jawabku sambil terus menariknya ke kamarku yang letaknya tepat di belakang kios.
Setiba di kamar, aku langsung buka semua pakaianku, tinggal CD saja. Dan, Nurce pun tidak segan-segan lagi langsung mejijitiku dengan lotion.
Nurce memang sangat akrab denganku, mungkin sudah menganggapku sebagai kakaknya, demikian aku. Tapi entahlah, hari ini aku benar-benar
ingin bercinta dengannya. Apa karena pengaruh jamu ya..? Aku berbaring telentang dan Nurce memijiti kakiku.
“Wah.., lama-lama kok panas ya Kak udaranya..?” kata Nurce yang masih memijiti kakiku.
“Panas ya Nur..? Wah.., mana kipasnya rusak lagi. Ya udah, kamu buka baju aja seperti kakak, nggak apa-apa kok,” jawabku sekenanya.
Wajah Nurce memerah, “Ah, Kakak.. Nurce kan malu kalau telanjang,” katanya tersipu.
“Gini aja Nur.. nggak usah dibuka semuanya.. tinggalin BH sama CD kamu,” kataku seraya membantunya membuka baju dan celananya.
Nurce mungkin sangat risih, tapi tidak berani menolak. Mungkin karena aku adik majikannya kali ya. Uppss.., betapa indah bagian dada Nurce bila
tidak ada bajunya. Wah, mataku makin liar melihat daging tebal tertutup CD di selangkangan Nurce. Mulus juga nih anak.
“Nah, enak kan..? Terusin deh pijitin Kakak. Sekarang agak ke atas ya Nur..! Bagian paha,” pintaku.
“Iya deh Kak.. tapi jangan cerita siapa-siapa kalau Nurce telanjang gini di depan Kakak ya,” katanya.
Nurce kembali memijitiku di bagian paha. Nah, kali ini aku benar-benar terangsang nih. Kemaluanku sudah sangat tegang.
Aku lalu bangun dan kupegang tangan Nurce, “Gantian ya Nur, kamu Kakak pijitin,” pintaku pada Nurce.
Nurce kaget, tapi tidak dapat menolak permintaanku. Dia pun kubaringkan telentang di kasurku. Aku mulai memolesi kakinya dengan lotion, lalu
naik ke betis dan paha. Begitu berulang-ulang.
Nurce memejamkan matanya, mungkin malu. Tapi aku yakin Nurce menikmati pijatanku. Aku mulai memberanikan diri berlama-lama
mengusap-usap pahanya, dan jari-jariku mulai nakal menggerayangi selangkangan paha bagian dalam Nurce.
“Uhh Kak, geli Kak..,” kata Nurce seraya memegangi tanganku.
“Nggak apa-apa Nur, cuma sebentar..,” jawabku.
Aku sudah semakin tegang. Kini pijatan kualihkan ke tubuhnya. Awalnya hanya bagian perut, lalu menjalar hingga belahan dada.
“Kak.. ihh.., geliih Kak..,” Nurce sedikit berteriak sambil ingin bangkit, tapi tubuhnya kutahan dengan dua tanganku di pundaknya.
“Nur.., hmm.., kamu cantik Nur..,” kataku, dan aku langsung menyergap bibirnya yang ranum.
“Emnngff.., Kak Jim.., ehmff.. ja.. nghann.. Kak..!” Nurce coba berontak, tapi aku lebih kuat.
BH dan CD-nya dengan cepat luruh di tanganku. Kini Nurce bugil sama sekali. Aku terus menghujani tubuhnya dengan ciuman, hingga Nurce tidak
mampu melawan lagi dan hanya menangis. Sejenak kuhentikan kekasaranku.
“Kamu kenapa Nur..? Kamu nggak suka ya..?” tanyaku.
“Kak.. Nurce takut Kak..,” isak tangis Nurce mulai mengeras.
“Usstt.., nggak apa-apa sayang, Kak Jim cinta kamu,” rayuku.
Mendengar rayuanku itu Nurce seakan terhipnotis, sehingga saat aku mulai kembali melakukan cumbuanku, Nurce diam saja dan menikmatinya.
Jilatan-jilatan kuberikan di sekitar payudaranya hingga puting susunya mekar memerah.
“Hnngg.., sstt Kak, ohh..!” Nurce mulai mendesah-desah.
Kepalaku mulai turun ke arah kemaluan Nurce, dan jilatanku kembali menerpa belahan vaginanya. Astaga, indah sekali kemaluan Nurce, kupikir pastilah masih perawan. Bulu-bulu halus di sekitar kemaluannya menebarkan aroma yang sungguh khas, membuatku semakin liar menjilati. Kujilati
terus bibir kemaluannya dan klitorisnya kuberi gigitan kecil, hingga Nurce tergelinjang.
“Aduuhh ss.., Kakhh..!” jerit Nurce tertahan.
Kini kubuka CD-ku dan memampangkan penisku yang sudah mekar dengan panjang 17 cm di hadapan Nurce. Nurce memandangi penisku dengan
kagum.
“Ihh besar ya Kak..? Itu nanti diapain sih Kak..?” lugu sekali pertanyaan Nurce.
Aku jadi yakin kalau dia memang masih perawan.
“Tenang ya Nur, ini nanti jadi enak di pepeknya kamu. Sekarang kamu diam dan nikmatin ya..!” kataku.
Kembali kurebahkan tubuh Nurce telentang. Kini kucoba benamkan penisku ke vaginanya.
“Akhh.., kok sakit Kak..?”
“Tenang sayang, ini enak kok,” kutekan sekuatnya penisku dan, cleps..
“Auhhtt.., ngghmm Kakaak Jimmhh..,” rintih Nurce antara sakit dan nikmat.
Penisku sudah setengah batang masuk ke liang perawannya. Benar-benar masih murni dan rapat. Aku lalu memompa perlahan pantatku hingga
kemaluanku menggetarkan vagina Nurce.
“Kaakh Jimm ennaak Kakhh, ohhss.. auhh.. Yahh, enakhh.. Kakkh..!” Nuce mulai kenikmatan.
Cukup lama aku menyetubuhi pembantu kakakku itu, hingga akhirnya Nurce kejang-kejang karena orgasme, dan aku dan spermaku liar
menyemprot ke dalam vagina Nurce secara bersamaan.
“Kak Jimmy betul cinta saya..?” tanya Nurce masih berbaring di sampingku.
“Tentu sayang, kamu begitu mengairahkan.., jangan bilang ke Pak Bram ya kalau kita saling cinta,” bujukku.
Sejak saat itu kami sering sekali melakukan hubungan seks, dan Nurce makin pintar saja. Apalagi setiap kali habis menenggak jamunya Mbak Sri,
aku makin bergairah dan Nurce adalah labuhan nafsuku.

Medan Pramugari 'Yes baby'

Jam menunjukkan 16.20 PM ketika aku tiba di bandara Soekarno-Hatta, aku akan melakukan perjalanan ke
Medan dengan rekan kerjaku Tomi, ketika aku hubungi ke hp nya Tomi masih di tol bandara, flight kami pukul
17.45, masih cukup waktu utk cek in.
Jam 17.45 kami berjalan menuju pesawat utk boarding, seperti biasa ketika memasuki pintu pesawat semua
penumpang disambut oleh pramugari yang ramah menyapa semua penumpang....'Ssssttt bagus tuh pramugarinya'
kata Tomi padaku...'Yoi man' kataku...sekilas kulirik name tag-nya 'ehmmm Yolanda, namanya' tinggi kira2 167
postur tubuhnya nyaris sempurna ....kulit bersih seperti bintang iklan 'PONDS', sambil menatapku dia bertanya'
seat brp mas?' ...'seat 3 C&D' kataku....'Ohh bisnis class mas - silahkan' katanya lagi.
Ketika pesawat sdh mengudara aku menuju toilet di belakang cockpit .....aku menoleh kekanan disitu ada Yolanda
dan temannya yg aku blm tau namanya...Yolanda sedang berjongkok mengambil sesuatu dari laci ...dan terlihat
pahanya yang mulus ....putih...kulitnya lembut pastinya tanpa cela licin...dia menoleh kearahku dan tersenyum
...aku tatap matanya dan akupun tersenyum sambil berlalu menuju toilet...tatapanku hanya pada matanya saja
tadi wkt pahanya terlihat dia blm tau ada aku disitu ....jadi dg "gentleman" tatapanku hanya pada mata saja
hahaha.
Sekeluar dari toilet...Yolanda msh disitu ...'ini peluang' pikirku....segera aku hampiri dia 'Yolanda sdh lama di
perusahaan ini' kataku basa-basi....'Baru mau dua tahun mas...eeeh kok tau namaku' katanya ...'Loh name tag
kamu itu' kataku .....'Ehh iya...katanya dg senyum manis dan sedikit manja' Di Medan nginap dimana?
kataku...di 'Grand Angkasa...mas dimana' katanya ....'Eeehh sama dong...aku duduk lagi yah' kataku...
Jam 20.10 pesawat mendarat di bandara Polonia ...ketika akan keluar dari pesawat aku sapa Yolanda 'Sampe
ketemu yah' ...'Iyaa mas, terima kasih' katanya.

Setiba di hotel kami cek in dan menempati kamar yang berbeda dan dilantai yang berlainan pula. Sesudah membersihkan diri kami keluar dari hotel dengan menggunakan rental car melihat-lihat kota dan cari makanan
...ini adalah pertama kalinya aku ke Medan.
Jam sdh menunjukkan 23.40 kami kembali ke hotel, setibanya di lobi...Tomi mengajakku ke basement 'Disitu
ada cafenya kata receptionist hotel' katanya...'Boleh ...'kataku.....tetapi ketika kulihat kearah kiri ternyata
ada Yolanda sedang duduk di coffee shop lobby ....'Tom loe duluan deh' kataku sambil menunjuk ke arah
Yolanda ....'Hmmmm ok deh'gumam Tomi sambil menunjukan jari tengahnya ' Who knows' kataku sambil tertawa
kecil.
Kuhampiri Yolanda, dia sedang duduk termenung, didepannya ada secangkir kopi dengan pot nya dan gula rendah
kalori sedangkan dibibirnya menyelip sebatang rokok "Marlboro Light" ...'Hei kok sendiri' tegurku
padanya....dia melihat kearahku dengan terkejut 'Eeehhh mas ....kaget aku' katanya...'Ohhh sorry deh'
kataku....'Gak apa kok' katanya...'Boleh duduk' kataku...'Please...' katanya menyilahkan, malam ini dia
memakai celana jins ketat dan kaos ketat juga sehingga bentuk tubuhnya yang indah terlihat dengan jelas,
rambut agak coklat-merah tembaga sebahu.
'Tadi blm dijawab' kataku ....'OOhhh iya sendiri' katanya....'Yang lain mana' kataku....'Aku sebel' katanya
tanpa menjawab pertanyaanku...'aku agak ribut dg Lia room mate ku' katanya...'Boleh tau kenapa'
kataku....'Biasa lah jealous gak jelas gitu mas' katanya....'Makanya kalo jadi orang jangan cantik-cantik amat'
kataku....'Iiihhh si mas' katanya.
'Yola dari pada kamu BT disini kita ke cafe bawah yuk' ajakku....'Saya sdh bbrp kali kesitu...tapi ayo deh
mas'katanya...segera aku panggil waiter coffee shop...'Bill nya yah' kataku...bill itu semua kumasukkan ke bill
room aku.
Kami beranjak dan berjalan kearah kiri ruang receptionis lalu berbelok kekiri sambil menuruni tangga menuju cafe
yang aku lupa namanya, entah sekarang msh ada atau tidak.

Suasana cafe agak gelap tapi tdk segelap diskotik ...Tomi rupanya sdh mendapatkan pasangannya ...aku lihat dia
sedang asik dengan seorang gadis yg ber-rok mini dan pakai tank top merah....wah pikirku 'lumayan tuh si
tomi'.Kami memilih duduk di sofa kira-kira 5 m dari pintu masuk, sofa ini memang utk dua orang....aku
memesan chivas regal kepada waiter sedangkan Yola memesan red wines....'Yola kamu kok kayaknya lelah'
kataku sambil mengusap rambut ...'Gak sih' katanya sambil menyibakkan tanganku ...tetapi sejurus kemudian
ternyata dia malah memegang tanganku dan bersandar di bahu kananku...ketika aku menoleh kearah kanan secara
tak sengaja kening kirinya tersentuh bibirku...satu detik...dia menoleh kearah kiri ...sehingga jarak bibir kami
hanya 2 mili ....hembusan nafasnya yg beraroma wine tercium olehku ...dan membangkitkan nafsu birahiku
....aku paham kemauan-nya ...kulekatkan bibirku dibibirnya perlahan seolah meminta izin ....seperti yg sdh
kuduga dia menyambut dengan bibirku dengan lembut .....kami berciuman dengan lembut dan romantis ......ini
saatnya.....aku masukkan lidahku ke rongga mulutnya dan disambutnya dengan sapuan lidah yang makin menaikkan
gairah lelakiku .....sontak saja penisku mengeras dan hampir berontak didalam celana jins ku.....'Emmmm kamu
tidur dimana' kataku sambil melepaskan ciuman sesaat....'Aku males dikamarku' katanya ......'Aaaaahhh aku
paham sekali arah kata-katanya itu' .....'Ya udah....aku juga udah ngantuk' kataku.....

Setiba dikamarku kami tidak membuang waktu lagi ...segera kupeluk dia ari belakang dan kuciumi tengkuk dan
lehernya...sambil kuraba payudaranya ....'Ahhhhh ......ehmmmmm.....' dia mendesah.....Penisku yg sdh
mengeras dan masih terbungkus celana menempel rapat dipantatnya ....Yolanda menggoyang-goyangkan pantatnya
menggoda penisku.... Aku tarik kaos ketatnya sehingga tinggal BH saja sekarang....kuciumi lagi bahu, tengkuk
lehernya dan sejurus kemudian BHnya sdh aku lepaskan......dia menghadap kearahku sambil juga menarik kaos
polo shirtku sehingga kami bertelanjang dada bersama...kutatap gundukkan daging indah didadanya yang masih
sangat kencang dg puting berwarna pink....dia memekik kecil ' Uhhh mas berbulu dadamu' katanya. Kurebahkan
dia di ranjang dengan masih mengenakan celana panjang jins nya ...kugigit ..hisap ...jilat putingnya .....Yola
mendesah 'Uuukkkkkhhhhh maaasss ....nikmaaaattt' katanya sambil tangannya mengelus dan mencubit kecil
punggungku....detik itu aku sempat berpikir ...bahwa tak pernah kusangka bhw tadi siang dia melayaniku di
pesawat sekarang kami bercumbu...aaahhh nasiiib.
Sesudah puas menjilati dan menghisap puting susunya .....aku arahkan tanganku ke bagian depan celananya dan
membuka celana itu .....di angkatnya pantatnya utk memudahkanku melepaskannya .....sambil tanganya
menggapai ikat pinggangku .....sekarang hanya tinggal cd nya saja ....dibaliknya kulihat rambut vagina yang rapi
....tak tahan segara aku tarik cd nya ....kubenamkan wajahku diselangkangannya.....kujilati bibir vaginanya
....dia mendesah ' Eeeehhhhmmmm Aaaakkkkkhhhh' ....lalu kuarahkan lidahku ke klitorisnya ....kujilati
.....dan kemudian kuhisap lembut klitorisnya ....sehingga tubuh Yola mengangkat kenikmatan....'Mas...mas sini
maaasss' katanya ...'aku tau maksudnya ....bahwa dia pun ingin memuaskan aku dengan mencumbu
penisku....kuubah posisi sehingga kami menjadi posisi 69...'Ooooh honey...i loved it' katanya sambil menjilati
dan kemudian menghisap penisku....' Aaahhh punya kamu wangi sayaaanng' kataku padanya.

Entah berapa lama kami saling menjilat dan menghisap .....hingga akhirnya.....' Ooohhh maaassss pls fuck
meeee' kata Yola...'Yes baby' kataku sambil perlahan merubah posisi ....aku diatas danYola
dibawah...missionaries....aku masih belum puas .....kuciumi ketiak nya ....ahhh wangiiii.....' Oooooohhhhh mas
...mas please entot aku masss' katanya....'Aku mau penis masss nancap di memekku' katanya mulai vulgar dan
memegang penisku yg diarahkannya ke mulut vagina nya......pun aku sdh tak tahan ingin segera merasakan
kenikmatan liang senggama Yola ....kuturuti maunya Yola....kepala penisku kutempelkan di mulut vaginanya....tapi
tubuhku masih kutahan ....Yola mengangkat tubuhnya keatas....tidak sabar ingin segera aku menancapkan penisku
ke vaginanya.....sambil berkata ' Sayyaaang jangan siksaaa aku donk' dengan tatapan memohon spy aku segera
menancapkan penisku di vaginanya.....timbul juga rasa ibaku padanya dan juga gejolak nafsuku yang sdh ingin
merasakan memeknya yg sdh basah itu .....dua detik....kutekan penisku kearah vaginanya ....kepala penisku
masuk ...agak susah ...aaaahhh rupanya masih rapat..pikirku....
Yola merengkuh pantatku dan menekannya kearah tubuh nya ...agak kutahan ....penisku masuk 1/4 nya .....'
sayaaaaang tekaaaannnn ....ak..aku....mau ...' katanya, rasa perikemanusiaanku timbul lagi ....kulemaskan
tubuhku sambil menekan kebawah ....dan...bllessssss penisku habis ditelan oleh vagina Yola.....turun naik...turun
naik .....aku kocok lembut dan kadang sedikit kasar dan juga kasar ....Yola terbeliak .....merasakan kenikmatan yg katanya belum pernah dia alami.....sekitar setengah jam kami bergumul dan berganti posisi dari missionaris,
doggy, WOT .......memek Yola sungguh nikmat ....yg menurutnya dia ikut senam aerobic dan BL di wkt
senggangnya bila tdk terbang....ah pantas saja memek ini nikmat pikirku....'Aaaakkkhhhhh sayaaaang aku mau
keluar' erangku ......'OOhhhh aku jg yaannngg' katanya ....hanya 3 menit setelah itu hampir bersamaan kami
memuncratkan cairan kenikmatan ' aaaaahhhh sayaaaanng kamu hebat' hampir bersamaan kami mengatakannya,
kami tertidur bersama selama 2 jam.

Jam 5 pagi Yola beranjak kekamarnya ....mau tugas terbang lagi katanya ...'aku ke jakarta trs balikpapan
sayaaaang' katanya, tak lupa dia berikan no hp nya 08116302xx, mas aku nanti 2 mg lg cuti ...kemana yg enak?
katanya...' terserah kamu kataku, aku jg ambil cuti deh' kataku sambil kucium bibirnya ....' i want you'
katanya.

luluran

Saya mau nyeritain sedikit pengalaman yang tidak terduga, sedikit menegangkan tapi juga agak
menggairahkan. Ceritanya gini, minggu lalusaya merencanakan luluran. Emang sejak melahirkan anak
kedua, saya belum pernah luluran. Kalo dulu biasanya sih rutin sebulan sekali.Kegiatan ini saya lakukan biar
tetap menarik, (sebagai wanita menjaga penampilan itu perlu sekali). Saya biasanya melakukan luluran di
salon langganan saya di pusat kota, tapi karena anak saya masih kecil dan susah kalo ditingal (maklum
masih netek sih), maka saya putuskan untuk meminta di lulur di rumah saja. Karena saya udah kenal dan
juga pemilik salon langgana saya itu suka belanja bareng maka tidak susah untuk meminta karyawannya ke
rumah saya untuk melulur saya.
Setelah janjian maka besoknya karyawan salon tersebut datang kerumah pada pukul 3 sore, sengaja saya
minta jam segitu karena anak anak biasanya tidur siang, jadi lebih leluasa. Selanjutnya mulailah saya di
lulur. Saya membuka pakaian saya, biasanya kalo di salon waktu dilulur kita hanya menggunakan celana
dalam saja, tapi karena dirumah maka saya putuskan untuk membuka semua pakaian saya. Waktu saya
bilang sama yang melulur saya dijawabnya terserah saya ajah. Oh iya saya belum cerita tentang pegawai
salon tersebut yah, namanya mbak Yuni, usianya sekitar 29 tahun, dan dia janda juga sama seperti saya
(kebanyakan anaksalon janda kok). Biasanya kalo disalon emang dia atau temennya yang ngelulur saya. Jadi
kami udah cukup akrab, maklum dalam satu sesi luluran, facial dan menikur bisa makan waktu 3-4 jam,
bahkan bisa lebih sih. Selanjutnya mbak Yuni mulai melulur badan saya, mulai dari punggung saya. Mmmh
emang enak juga sih di lulurin sambil sekalian mijitin, rasanya hilang pegal pegal saya. Emang akhir akhir ini
badan saya agak cape, karena anak-anak saya makin nakal ajah terutama yang besar.
Setelah selesai dengan punggung, selanjutnya mbak Yuni melulur tangan dan kaki saya. Setelah itu saya
berbalik telentang karena selanjutnya badan saya yang akan di lulur.
Pertama-tama seperti biasanya mbak Yuni melulur bagian atas badan saya, mulai dari leher, trus turun ke
dada. MMmmhh enak juga sih,payudara saya pun kena bagian selanjutnya untuk di lulur. Sembil melakukan
pekerjaannya kami juga saling bercerita, di bilang bahwa payudara saya masih kencang ga seperti dia udah
kendor. Saya lirik kedianya, trus bilang ,ahh ga juga tuh mbak, kayaknya masih kencang kok.Dia bilang ini
kan karena BH nya ajah yang bikin kencang. Ah mungkin juga kok, lagian emang saya masih netek-in sih
jadi payudara saya emang montok. Oh iyah, anak mbak Yuni juga 2 tapi udah gede, sekitar 6 th dan3 th. Jadi
udah ga netek-in lagi, jadi mungkin ajah udah sedikit kendor kali. Tangan mbak Yuni mulai melulur payudara
saya (bukan pentilnya loh, tapi seputarannya). Ohhh enak juga sih di elus-elus payudara saya. MMhhh jadi
gimanaaaa gitu, jadi agak horny juga. Heran sih biasanya kalo di salon ga ada rasa gitu deh. Mungkin karena
ini di rumah dan saya telanjang bulat. Saya liat mbak Yuni pun agak canggung, ga seperti biasanya.
Selanjutnya perut saya yang dilulur, emang agak banyak bintikhitam sih, habis pas hamil kemarin gatel dan
suka saya garuk walau pun ga bergaris tapi masih agak bintik2 gitu.
Ihhh geli juga tuh, dan ohhh saya jadi terangsang. Habis geli geli enak sih. Pembicaraan kami sih masih
terus, dan akhirnya pembicaraankami sampai pada bagian yang pribadi dari saya. Saya emang selalu
mencukur bersih bulu pada kemaluan saya sehingga polos total. Habis rasanya emang lebih bersih deh,
karena kalo pipis ga ada sisa pipis yang tertinggal di bulu2nya, jadi ga bau. Lagian rasanya lebih dingin kalo
polos. Dia mungkin baru pertama liat yang polos seperti saya,habis di salon kan kalo lulur pake celana dalem.
Dia tanya seputaran itu mau di lulur juga ga, saya bilang kalo mau ngelulurin sih boleh.Ahhh saya udah
merem ajah habis tangan mbak Yuni udah melulur bagian atas kemaluan saya. Ohhhh saya mulai merasa
terangsang, dan badan saya makin sensitif. Rasa geli makin menyerang, terutama sekitar pinggang dan
pangkal paha saya. Karena semakin geli (akibat terangsang mungkin),maka badan saya menggelinjang dan
pantat saya mulai susah untuk diam. Mbak Yuni bilang, kalo ga diam gimana mau ngelulurin, trus saya
bilang, gimana mau diam habis geli sih. Yeee, trus gimana, katanya lagi.
MMhhhhh ahhh saya juga bingung sih, habis terangsang juga. Selagi masih terangsang gini ya pasti susah diem, sedikit senggolan ajah udah gelinya minta ampuuunn, Ohhh akhirnya saya punya ide, saya bilang
kembak Yuni, mbak gimana kalo saya lepasin dulu deh, di bilang lepasin apa?. Trus saya suruh dianya
berenti ngelulur dulu.
Saya buka laci di samping tempat tidur saya dan saya ambil vibrator saya yang emang saya simpan di situ.
Ohhh nafsu saya makin tinggi sih,trus mbak Yuni tanya itu alat apa, ya saya bilang masak ga tau sih mbak.
Saya bilang kalo mbak mau nonton tipi silahkan dulu deh, habis ga enak juga sih rasanya ngelepas depan
dia, sapa tau dia sungkan. Tapi dia bilang ga apa apa kok, untuk mengatasi rasa malu, saya tanya ke dia
masalah mengatasi kebutuhan biologis, kan dia janda juga. Dia bilang kalo dia punya pacar, jadi ya main
ama pacar dong (biasa sih anak salon). Sambil bercakap-cakap jari saya mulai menggosok-gosok kemaluan
saya, ohhh rasa geli-geli yang menyebar mulai mengumpul di seputaran kemaluan saya, dan rasa nikmat
makin tinggi. Oohhhhh enaakk. Saya terus menggosok-gosok, dan jari saya mulai membelah bibir kemaluan
saya untukmencari klitoris saya. Mata saya memejam merasakan kenikmatan yang datang. Kami sama-sama
diam karena saya juga udah mulai melayang-layang akibat nikmat dari klitoris yang saya gosok-gosok itu.
Kemudian saya buka mata saya, saya lihat mbak Yuni memperhatikan apa yang sayalakukan, sepertinya dia
mulai terbawa juga sih, habis dianya juga ikutdiem. Dia tanya saya, Rat, kamu melakukan onani yah. Ahhh
rupanya barusadar dianya kalo saya masturbasi, saya jawab, iyah mbak, biar ga geli, habis tadi saya
teangsang jadi semua badan saya geli, makanya kalo mbak mau keluar nonton ga apa apa. Tapi ...dia diam
ajah, ahhh saya juga ga peduli habis enak makin meningkat. Ohhhh....jari-jari tangan kanan saya mulai
menggosok-gosok sambil menekan-nekan klitoris saya, dan tangan kiri saya meremas-remas payuadara
saya. Saya lirik mbak Yuni, yang semkin gelisah. Kayaknya dia terangsang juga. Mmmmhhh saya heran juga
kok bisa yah, kan kamisama-sama wanita, dan ga lesbi. Terus saya bilang, mbak pernah ga masturbasi, dia
menggeleng. Enak loh mbak, kalo mau coba deh. Saya tau dia juga udah terangsang tinggi melihat saya, dari
matanya keliatan.Akirnya saya bilang, buka aja mbak bajunya biar enak, ehhh dia menurut.Dia mulai
melepaskan kaos yang dipakainya, kemudian celana panjangnya hingga tinggal BH dan celana dalam.
Rangsangan yang saya rasakan semakin tinggi, hingga saya pikir udah saatnya vibrator saya pakai.
Ahhhhh...... vibrator kemudian saya hidupkan dan saya tempelkna ke klitoris saya. Ohhhhhh nikmatnya,
saya udah ga perhatian lagi sama mbakYuni. Nikmat saya makin tinggi, ahhhh...ahhhhh, akhirnya desah
saya gadapat saya tahan lagi, mata saya udah meram sepenuhnya merasakan nikmat yang ada. Ooohhhhhh
tuhaaan nikmat sekali. Nafas saya semakin cepat,ahhhhh...ahhhhh......saya tau orgasme saya ga lama lagi
akan datang.Pantat saya terangkat, mengejar vibrator yang semakin saya tekan keklitoris saya, tangan saya
sebelah lagi menusukkan 2 jari ke dalam vagina saya. Ahhhhh denyutannya makin terasa. Seiring dengan
makin cepatnya denyutan vagina saya, makaa akhirnyaa orgasme saya datangdengan sangat intens.
Ohhhhhh..... saya menjerit kecil ketika orgasme itu datang, saya juga ga sadar bagaimana penampilan saya
(kata orang cewek kalo orgasme jelek, apa iyaa). Ohhhhh nikmaattttt sekali, saya lupa kalo ada mbak Yuni di
sini. Emang kalo udah gini saya ga ingat apa-apa, cuma rasa nikmat yang ada. Ahhhhh.....2 jari tangan
kanan saya masih menusuk-nusuk vagina saya sambil berputar-putar. Paha saya menjepit tapi vibrator
makin saya tekan ke klitoris saya, ohhhhh nikmatnyaaa. Ahhh saya tau orgasme kedua akan segera datang.
Saya tidak sanggup lagi menahan jeritan karena orgasme ke dua ini lebih dahsyat,akhirnya saya menjerit
panjang, aaaaahhhhhhhhhh. Ohhh akhirnya, lewat juga. Ohhh kesadaran saya udah sedikit pulih, maka
segera saya angkatvibrator dan jari-jari saya dari kemaluan saya, sambil menyilangkan paha saya hingga
vagina saya terjepit. Ohhhhh saya berusaha menurunkan rangsangan dengan cara membalikkan badan
kesamping. Ahhhhh......akhirnya denyutan vagina saya berkurang, hingga orgasme-orgasme selanjutnya ga
susul menyusul. Akhirnya selesai juga terpaan orgasme dan kesadaran saya pulih, walaupun nafas saya
masih memburu. Saya liat ternyata mbak Yuni juga udah memejamkan mata, sambil menggosok-gosok
kemaluannya juga, masih dari luar celana dalamnya. Trus saya bilang ke dia agar baringan ajah dan agar BH
dan celana dalamnya di buka saja. Di menurut. Di bukanya BH dan celana dalamnya, maka terlihatlah
payudara dan kemaluannya. Emang sih payudaranya udah turun kalo tidakmemakai BH, trus bulu
kemaluannya cukup lebat, dia lalu tersenyum kesaya dan bilang, punya saya lebat, ga di cukur kayak kamu.
Saya sih tersenyum ajah. Saya bilang ke dia, terusin aja deh, tar sayanya bisa diam mbak yang ga bisa
sambil ketawa. Mmmhhh tapi dia emang ga niat berenti sih. Saya liat tangannya mulai meniru saya tadi
yaitu menggosok-gosok klitorisnya. Karena kemaluannya berbulu, maka dia agak susah juga mengosok
klitorisnya karena terhalang. Tapi karena itu punya dia tetap ajah bisa. Saya liat dia juga udah melayangmalayang,
dengan mata memejam. Nafasnya juga makin memburu. Ohhh... pasti sekarang dia udah nikmat,
saya yakin sekali. Trus dia membuka matanya, dengan nafasyang memburu di bilang, Rat, boleh ga saya
pinjam alat kamu tadi. Kemudian saya ulurkan tangan kiri saya yang memegang vibrator itu kedianya. Saya
bilang, biar tambah enak mbak masukin jari mbak, jadi denyutan di dalam makin terasa. Ohhhh iyahh,
katanya. Mmmmmm,....kayaknya dia udah mau dapet orgasmenya, keliatan dari makin kencangnya
goyangan pantatnya mengikuti irama tusukan jari ke vaginanya.Ahhhhh.... saya liat dia menahan nafasnya
dan makin meringis hingga mata dan hidungnya berkerut. Ohhhh.... dia menjerit dan saya lihat badannya
kejang-kejang dengan paha di buka lebar lebar. Pantatnya terangkat, perutnya mengejang seperti mengejan
sesuatu, ahhhh diamendapatkannya. Ohhhh... baru pertama ini saya melihat langsung wanita mendapatkan
orgasme, dalam hati saya ketawa, emang sih jelek. Gimanaga, badan mengejang, wajah meringis hingga
berkerut, mulut menjerit tertahan, dan seperti mengejan sesuatu yang berat (seperti mau beol,kali saya juga
gitu yah). Ohhhh tapi siapa yang peduli karena nikmatnya yang luar biasa. Ahhh setelah mendapatkannya,
kaki mbak Yuni langsung melemas, demikian juga kedua tangannya. Nafasnya tinggal satu-satu,dengan mata
masih merem. Ohhh,.... sebenarnya saya juga seperti itu tangan dan kaki saya masih lemes walaupun masih
menyilang menjepitvagina saya(biar ga datang orgasme susulan sih, hihihi).
Setelah berdiam sekitaran 10 menit, akhirnya mbak Yuni membuka matanya, dan duduk. Sedangkan saya
masih berbaring. Sambil tersenyum dia bilang, ihhhh enak yah, sama pacar saya ajah jarang sekali sampe
gini. Saya sih ketawa-tawa ajah, trus bilang sebenarnya kalo cowoknya kuat dan jago mainnya bisa lebih
kok, tapi kalo mau pasti nimatnya yah mending gini ajah karena sama cowok bisa lebih atau ga sama sekali
.Dianya pun ketawa, puas banget kayaknya sih, saya juga. Rasa geli juga udah menghilang, kayaknya kami
harus segera melajutkan kegiatan lulur melulur deh, sambil senyum-senyum mbak Yuni melanjutkan
pekerjaan yang tertunda tadi. Dengan masih telanjang dia melanjutkan melulur badan saya. Karena udah
orgasme maka gelinya tidak begitu terasa lagi,walaupun waktu mbak Yuni melulur seputaran kemaluan saya
dan pangkalpaha saya. Kemudian timbul iseng dalam benak saya untuk membuat poto-poto dari kegiatan lulur melulur ini, langsung saya bilang, mbak bikinin poto saya lagi di lulur dong, kata saya sambil
menyerahkan HP saya agar dianya bisa moto saya. Dijawabnya, kamu aja yang di poto ya, saya ga mau. Iya,
dalam hati saya sekedar kenangan melihat langsung cewek orgasme, Lucu juga sih. Kayaknya saya lebih
jelek deh kalo pas dapet orgasme, habis lebih ganas orgasmenya, bisa berkali kali. Kalo mbak Yuni yang
sekali ajah lemes jelek, apalagi sayayang berkali-kali orgasme, pasti makin jelek yah. Setelah luluranselesai
mbak Yuni bilang dia mau mandi dulu, saya bilang duluan deh,sekalian cuci semua tuh, hihihihihi. Ahhh udah
yah, nanti saya posting deh dokumentasinya, tapi dikit ajah. Malu kalo semuanya, hihihihihi.

Kunikmati tubuh Kiki,istri temanku

Dulu saat aku masih tinggal di Bali,aku tinggal dirmh saudaraku. Karena saudaraku itu mau pindah dinas dan sisa
kontrak rumah itu masih setahun,maka akulah yang disuruh tinggal dsna sendirian. Akupun setuju. Bbrp hari
kemudian,ada seorang tmnku SMP dulu dari kota J*mber menelpon bahwa dia akan ke pulau Bali untuk kerja dan
membawa istrinya. Rupanya mrka ini pengantin baru. Sebut saja tmnku itu,Donny ( 26 thn ) dan istrinya Kiki ( 24 thn ).
Donny ini ke Bali karena lowongan kerjanya diterima perusahaan tmpt dia melamar kerja. Memang tmptnya lumayan
jauh dr rmh ku. Dan dgn terpaksa,dia blg dia akan membawa istrinya jg utk skalian bekerja di Bali. Namun,donny
bercerita bahwa dia masih blm ada tmpt tinggal di Bali,dan uangnya blm cukup utk mengontrak rmh. Kost ? Istrinya tak
mau kost. Akhirnya kutawarkan utk tinggal dirmhku, setelah kuceritakan bahwa aku tinggal seorang diri. Setujulah
pengantin baru ini.
Aku sudah bertemu dan dikenalkan dengan Kiki oleh Donny sendiri. Biar kenal katanya. Jd aku tak lagi merasa
canggung bila bertemu. Selang bbrp hari stlh kabar tsb,Donny dan Kiki tiba dialamat rmhku mlm hari didaerah Dal*ng
P*rmai setelah sblmnya kuberitahu soal alamat rmhku tsb. Setelah turun dr taksi,kusambut dan kusuruh mereka
masuk. Sebelumnya memang telah kusiapkan kamar buat mrka,krn kebetulan rmh sdraku ini memiliki 3 kamar cukup
besar dan 2 kamar mandi. Setelah mereka membersihkan diri,kami pun ngobrol2 diruang tengah.
"Gmn tadi perjalanan..?"tanyaku.
"Lumayan capek. Ehh...sblmnya,sori bgt lho klo ngerepotin. Tp mau gmn lagi,aku gw ada kenalan di Bali. Cuman elo doank.."kata Donny.
"Ga usah sungkan...santai aja. Toh jg biar rmh rame. Malah seneng aku ada kalian.",jawabku.
"Ya..kita toh jg ga bakal lama2 mngkn. Setelah uang cukup,kami jg bakal nyari kontrkan sndri..",sahut Donny.
"Ya...santai aja. Tinggal aja dsni. Anggep rmh sndri pokoknya.",jawabku sambil tersenyum.
Hari pertama mrka,lancar. Mlm itu mrka beristirahat,karena besoknya,Donny musti brngkt ke tmpt dia bekerja
didaerah Dps. Sementara istrinya,masih mencari2 lowongan kerja part time.
Paginya,Donny tampak sudah bersiap2 berangkat,dan istrinyapun sudah memasak sarapan untuk kami. Sementara
aku,baru saja bangun.
"Naik apa ya ke Dps pagi2 gni. taksi kemahalan..."ujarnya.
"Ga ada selain taksi. Udah,lo pake aja motor gw yg matic tuh. Gw ntar naik motor sdra gw.",jawabku.
"Gak apa-apa...?"tanyanya.
"Ahh...elo kyk baru kenal gw aja. Pake aja. Santai aja..."jawabku sambil tersenyum.
Akupun segera menuju kmr mandi untuk mandi. Saat mandi,kudengar Donny telah berpamitan utk berangkat. Setelah
mandi,aku keluar kamar mandi hanya dgn sehelai handuk menutupi perut kebawah,aku lupa klo saat itu masih ada istri
Donny dirmh itu.
"ehh....sori.. aku lupa klo ada kamu,Ki...",kataku setengah kaget saat kudapati Kiki sedang menonton Tv di ruang
tengah,dimana aku harus melewatinya utk mnju kmrku.
"Gpp..Kiki udh biasa koq,mas...",katanya sambil tersenyum.
Setelah berganti pakaian dikmr,aku keluar untuk bersantai sejenak. Aku memang sedang ambil bonus libur dr
kantor,krn bbrp bln sblmnya aku masuk terus tnpa libur slama 4 bln full 12 jam kerja. Jadi aku mendapat jatah libur
total 1 minggu full. Saat aku keluar ternyata Kiki jg baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan handuk utk
menutupi tubuhnya. Sambil berlari kecil dia masuk kamar. Aku menonton Tv.
Kulihat pintu kmr Kiki tak dikuci dan hanya tertutup setngh. Mungkin lupa,pikirku. ( tp masa' sih lupa...? )
Penasaran,sambil ku berjalan pelan kucoba melewati pintu tsb dan mengintip sekilas. Astaga....:-o Kiki tampak sedang
mencari2 pakaiannya dlm keadaan telanjang. Posisi tubuhnya membelakangiku,jd dia tak sadar kalo aku melihat
tubuhnya yang mulus. Antara bingung,penasaran,mupeng,dll...maka aku memutuskan untuk melihat sejenak tubuh
mulusnya. Tak kusangka,kiki mempunyai tubuh semulus dan seseksi itu.
Takut Kiki menyadari perbuatanku,aku langsung kembali ke tmptku semula. Kiki pun keuar kmrnya dan mengobrol
denganku. Kami cepat akrab dan dekat,krn memang sblmnya kami sudah pnh bertemu dan ngobrol2.
Menjelang siang,aku berangkat kermh tmn,smntara Kiki pamit akan tidur. Hingga mlm,satt Donny sudah plg,akupun
baru plg. Hari kedua,ketiga,lancar.
Bbrp hari kemudian,kami bertiga sudah sangat akrab. Donny tak canggung lg meninggalkan istrinya berdua dirmh
bersamaku. Hari itu,pagi2 sekali Donny sudah besiap2 brngkt. Dia blg akan keluar kota daerah Kar*ngAs*m utk
bertemu costumer dan bru kembali pulang saat malam,krn lembur. Setelah berpamitan,Donny pun berangkat. Aku spt
biasa,menonton Tv,sedangkan Kiki saat itu tengah mandi.
Selesai mandi,dia kembali selalu memakai handuk dan berlati menuju kmrnya utk ganti pakaian. Lagi-lagi....pintunya
tak ditutup sepenuhnya. Karena semakin penasaran,kucoba utk mengintip Kiki dr celah2 pintu. Nampaklah tubuh
indah Kiki. Rupanya,Kiki sadar akan perbuatanku. Dia serasa menyadari telah kuintip. Siall...pikirku...
Aku buru2 kembali menonton Tv,sedang Kiki keluar dr kmr dan duduk disebelahku. Ternyata dia cuek saja akan
kejadian itu.
"Kayaknya tadi ada yg liat Kiki lg ganti baju deh....",sindirnya tiba2.
Aku malu bukan main...
"Emang mas penasaran ya ama Kiki,koq ampe bbrp hari ini slalu ngintipin kiki.",sindirnya lagi.
Daasshh.....Malu sekali. Bingung mau jwb gmn,akupun diam.
"Kok diem,mas. Klo penasaran,blg aja,mas. Gpp koq. Jadi Kiki bisa bikin mas ga penasaran lagi.",katanya lagi.
"Maksdnya...?"tanyaku balik krn seakan mendapat sinyal.
"Ya,klo mas penasaran,blg aja. Kiki bisa bikin mas ga penasaran lagi ama Kiki. Asal mas ga blg2 ke Donny. Krn Kiki rasa
jg mas udah baik bgt ama Donny dan Kiki. Sapa tau,Kiki bisa nebus.",jawabnya.
"hah...? Emang mksdnya itu gituan..?"tanyaku sok polos.
"Ya kalo mas butuh dan pengen,ya gpp...asal Donny ga tau.",jawabnya.
Wuaahhh.......!!! bnrkah ini...? Pucuk dicinta ulampun tiba.
"hmmm.....klo gt. okelah. Donny ga bakal tau. Lagian aku penasaran bgt ama kamu,Ki...",jawabku.
"Terus..?",tanya Kiki menggoda.
"Terus,ya.....ayoo....",ajakku.
Kurangkul pundaknya,Kiki diam saja. Kemudian,Kiki malah merapatkan tubuhnya.
Tanpa panjang lebar,segera kucium bibir Kiki,dan dia membalasnya. Kami pun berciuman cukup lama. Kiki yang hanya
mengenakan daster kala itu,langsung kulucuti. Wooww...Kiki ternyata tak memakai bra. Disela enaknya berciuman,dan
meraba payudara Kiki,tiba2 Kiki berkata.
"Mas...tutup aja dulu pintunya. Trus kita kedalam aja. tkt ketahuan org. Jaga-jaga aja.",katanya.
"Oke.. Kmu tunggu aja dl dikamarku,Ki."ujarku.
Akupun segera beranjak menutup pintu dan kukunci. Ternyata Kiki sudah menunggu didalam kamarku sambil tiduran.
Tak lupa,kusetel DVD musik sedikit keras diruang tengah,utk menyamarkan suara2 kenikmatan. Akupun segera
menyusul kekamar. Setelah didalam kamar,kuhampiri Kiki yang hanya mengenakan CD. Daster yg semula
dipakainya,dan kulucuti sblmnya itu ditaruhnya di sofa ruang tengah. Aku segera melepas celanaku,hingga telanjang.
Tempaklah penisku yang sudah tegang.
Kulihat pula,Kiki dengan tubuh mulusnya itu tengah tidur terlentang. Kuhampiri,dan segera kutindih tubuhnya.
Kuciumi bibirnya,hingga leher. Lalu,kudaratkan lidahku dikawasan Gunung Kembarnya. Kulihat sepintas,Kiki memiliki
payudara cukup indah,padat dengan puting kecoklatan. Kujilati puting itu dan kuhisap penuh nafsu. Kiki menggelinjang
kecil.
Ciumanku pun terus merambat ke area selangkangannya yang bersih itu. Kulihat,vagina Kiki tanpa bulu sehelaipun.
Mulus,dan terlihat masih sangat peret. Kudaratkan lidahku di bagian bibir vaginanya. Kubuka dengan jari,lali kujilat
klitorisnya yang mulai menegang. Vagina Kiki cukup wangi. Krn dia katanya sering membersihkan dengan daun Sirih
kemasan yang ada di iklan2 Tv. Kujilati bibir vaginanya,dan terkadang kumainkan klitoris Kiki dengan lidahku. Otomatis
itu membuat Kiki menggelinjang keenakan,dan merintih. Setelah cukup basah,kusudahi adegan jilmek itu. Lalu,aku
tidur terlentang,sedang Kiki mulai menciumi perutku hingga kebawah. Digenggamnya batang penisku yang menegang
itu,dan dikocoknya. Dia jilati perlahan2,dan kemudian dikulumnya. Hangat dan lembutnya bubur Kiki membuat aku
sangat bernafsu. Sesekali dia mainkan "bola"ku dengan lidah dan mulutnya. bbrp menit kemudian,Kiki menyudahi
hisapannya. Dan dia mulai menaiki tubuhku. Dia menduduki bagian bawah perutku. Digenggamnya penisku,dan
dimasukkannya ke dalam vagina beceknya. Terasa peret sekali vagina Kiki. Menggigit...
"Agghh.....",desahnya saat penisku memasuki vaginanya.
Ditekannya tubuhnya,hingga penisku tertelan didalam vaginanya.
Kiki muali bergerak perlahan2,sambil mendesah. Kuremas payudaranya.
"Sshh...Agghhhhh...Agghh...",desah Kiki sambil memejamkan matanya.
Kiki bergoyang semakin cepat. Naik-turun,dan terkadang dia bergoyang memutarkan pinggulnya. Liar sekali permainan
Kiki. Vaginanya terasa menggigit dan memijit penisku.
Kiki terus bergoyang dengan liarnya menunggangi penisku. Sementara aku merasakan nikmat karena jeputan vagina
Kiki. Bbrp menit,Kiki mencabut penisku,dan dia mengambil posisi Doggy.
"Mas...doggy ya...",katanya sembari nungging.
"Pasti..",jawabku.
Segera aku beralih ke bagian belakang tubuhnya. Kubenamkan penisku perlahan2 didalam vaginanya. Kudorong hingga
masuk sepenuhnya.
"Agghh....mas.....",rintihnya.
Aku pun segera mendorong penisku maju-mundur didalam vaginanya. Terkadang kupercepat dan kupelankan
gerakanku.
"Aggh...Aggh...Aggh.......ohh....",rintih Kiki saat aku menggenjot tubuhnya dr belakang.
Rupanya Kiki sangat menikmati doggy ini,jadi aku melakukan doggy lebih dr 5 menit.
"Terus...masss...ohhh......aggh...",rintihnya tnpa henti.
Suara erangnnya,dan rintihannya cukup keras. Untungnya tertutup oleh suara musik yang kusetel diruang tengah
hingga tak akan terdengar sampai keluar erangan itu.
Bbrp menit kemudian,kuhentikan sejenak gerakanku. Menrasakan kenikmatannya terhenti,Kiki malah menggoyangkan
tubuhnya maju-mundur agar penisku itu kembali menusuk-nusuk vaginanya. Kubiarkan Kiki bergoyang selama bbrp
menit. Dan kemudian,kupegang pantat dan pinggulnya,dan aku kembali menggoyang tubuhnya. Kali ini lebih cepat. Kiki
merintih tenpa henti.
"Agghh....agghh...Mass...terus...Aggh....",erangnya.
Bbrp maneit kemudian,kucabut penisku.
Dan kubaringkan Kiki terlentang. Sambil Kubuka selangkangannya, kulumat bibir kiki yang seksi itu. Sambil kemudian
kuhisap puting payudaranya. Kenyal sekali payudara Kiki. Benar2 istimewa,pikirku...
Perlahan kumasukkan kembali penisku ke dalam vaginanya.
Bleess... masuklah semua batangku. Kugerakkaan perlahan-lahan,sambil kuciumi dan kujilati payudara Kiki.
"Ssshh...agghh.....agghh..",desahnya.
Kaki Kiki merangkul pinggangku dn mencoba membantu doronganku agar lebih keras dan cepat. Akhirnya,kupercepat
gerakanku.
Vagina Kiki kurasakan sudah sangat basah sekali. Selagi aku bergerak cepat,Kiki tampak merangsang klitorisnya dengan
jari tangannya.
"Aggh.....teruss..masss...Agghh....",erangnya.
"Aggh...Kiki mau..keluarr..mass...aggh...terus..mas..ahh..",erangnya.
Tak lama kemudian,Kiki mengerang cukup keras dan panjang.
"Ahhhhh....Agghhhhhhh...Ouugghh...Mppphh...Oggh...."erangnya saat orgasme.
Kuhentikan sejenak gerakanku. Lalu,setelah itu kembali kugenjot tubuh Kiki.
AC dlm kamar itu tidak bisa membuat kami kedinginan. Yang ada kami malah kepanasan.
Bbrpa menit setelahnya,kurasakan sesuatu akan keluar dari ujung penisku.
"Keluarin dmn,Ki...?"tanyaku.
"Mulut aja,mas...",jawabnya.
Segera kegenjot dengan cepat tubuh Kiki. saat hendak muncrat,aku segera berbaring terlentang. Dan Kiki pun tanggap.
Dia langsung menggenggam batang penisku,dan mengocoknya dengan cepat. Sesekali dihisapnya kepala penisku yang
sedikit memerah itu. Dan sesekali dimainkannya lubang diujung penisku.
Wajah Kiki tampak nakal sekali. Ternyata penisku saat itu tidak kansung memuncratkan lahar. Jadinya Kiki kembali
meng-oral penisku. Dikocoknya dengan cepat.
"Keluariin..mas..di mulut Kiki...Aghh....ayo,mass...",desahnya memancing dengan wajah nakalnya.
Tak lama kemudian,lahar panas yang sebenarnya akan segera menyembur.
"Agh...Ki...isep..Ki..." desahku pelan.
Kiki segera menjulati kepala penisku dan kemudian menghisapnya. Lalu.....
CROOTT...CROOT...CROTTT....!!!
Muncratlah sperma kentalku memenuhi rongga mulut Kiki. Sambil terus dihisapnya,tampak sedikit ada lelehan
spermaku yang keluar dr sela bibirnya saat masih asik menghisap.
Lalu,dia hentikan sejenak hisapan itu. Tampak dia menelan spermaku,dan kemudia dijilatinya kembali batang penisku
yang masih terdapat lelehan sperma tadi. Setelah dijilatinya hingga tak tersisa,dijilatinya dan dihisapnya kepala
penisku. Itu membuat aku sangat kegelian.
Benar-benar servis yang sangat istimewa....pikirku.=p~
Setelah permainan itu usai,hari telah menjelang siang. Kami masih berbaring dikmrku. Lalu,berpakaian dan menonton
Tv bersama. Saat kembali horny,kami melakukan perselingkuhan nikmat itu kembali. Disofa,didapur selama seharian
penuh. Benar-benar puas sekali hari itu.
Malamnya,saat Donny plg,kami kembali bersikap spt biasa dan tak ada apa-apa.
Itu berlangsung selama aku libur. bbrp bln kemudian,mereka berdua pindah,karena telah mendapat kontrakan yg
ditanggung perusahaan.
Namun terkadang,aku main ke rmh mrka,terutama saat Donny tak ada. Untuk sekedar melepaskan nafsu dan
kenikmatan.
Kini aku tak lagi berada di Bali,dan sdh lama aku kehilangan kontak dgn mrka.
Namun masih ada sisa kenangan bersama Kiki.

Mbak Nurul yang semok

Sejak kepindahan kostku ke daerah Depok,aku bertetangga dengan keluarga Pak Rusdi. Pegawai
Pemda DKI ini tinggal bersama istrinya dan menantunya yang biasa dipanggil Mbak Nurul oleh para
tetangga lainnya. Mbak Nurul yang telah mempunyai anak dua itu tinggal bersama mertuanya,
karena suaminya mencari nafkah ke Kuwait hampir setahun yang lalu. Usia Mbak Nurul aku taksir
sekitar 30 tahunan, atau tepatnya 31 tahun ketika aku tak sengaja mendengar salah seorang ibu
tetangga menanyakan usia menantu Pak Rusdi ini.
Satu hal yang menarik dari menantu Pak Rusdi ini adalah pakaian yang dikenakannya sehari hari.
Ibu muda ini selalu berpakaian menutup rapat sekujur tubuhnya kecuali wajahnya dan telapak
tangannya. Ibu Muda beranak dua ini selalu kulihat memakai jilbab yang lebar dan pakaian yang
panjang longgar hingga mata kaki, bahkan sepasang kakinya selalu kulihat memakai kaos kaki
kadangkala berwarna krem atau putih. Sebenarnya aku tidak terlalu memperdulikan menantu Pak
Rusdi yang kelihatan alim itu, namun kalau aku berangkat kuliah, aku sering ketemu Mbak Nurul
pulang dari belanja di pasar. Setiap kali bertemu, Mbak Nurul selalu menyapaku ramah dan
melempar senyum manisnya yang membuat aku menyadari Mbak Nurul mempunyai paras wajah
yang cantik. Wajah wanita tetanggaku yang selalu terbalut jilbab lebar ini mirip sekali dengan aktris
Marissa Haque.
Satu setengah bulan sudah aku kost di Depok, dan kadang kala aku berpikiran tentang Mbak Nurul
yang cantik itu. Apakah Mbak Nurul tidak merasa kesepian ditinggal begitu lama oleh suaminya,
namun melihat Mbak Nurul yang alim itu aku nggak berani berpikir kotor kepada wanita ini.”
Keindahan yang tersembunyi” gumamku kalau mengingat Mbak Nurul yang berwajah mirip aktris
Marissa Haque, namun tubuhnya selalu tersembunyi dalam pakaian dan jilbab panjangnya yang
rapat.
Tubuh Mbak Nurul pun kulihat cukup tingi untuk ukuran wanita, aku pernah melihat ibu muda ini
sama tinggi dengan Pak Rusdi ketika dia berjalan bersama Pak Rusdi, dan aku tahu tinggi mertua
Mbak Nurul ini 165 cm, berarti tinggi Mbak Nurul juga 165 cm.
Senja itu aku baru pulang dari praktikum kimia. Hari sudah mulai gelap, termasuk daerah di sekitar
kostku. Waktu aku lewat di samping rumah Pak Rusdi, aku melewati salah satu jendela di rumah Pak
Rusdi yang memang sedang diperbaiki. Mungkin karena sedang diperbaiki, jendela itu tidak tertutup
sempurna. Aku melihat ada beberapa lubang kecil pada jendela yang tengah diperbaiki itu dari sinar
lampu dalam rumah yang keluar lewat lubang-lubang kecil itu. Melihat lubang-lubang kecil itu timbul rasa isengku untuk mengintip ke dalam. Dengan hati-hati aku segera menempelkan mataku
pada lubang-lubang kecil tersebut, beberapa saat kemudian aku menemukan lubang yang cukup
besar untuk mengintip. Ternyata jendela tersebut adalah jendela sebuah kamar, entah kamar siapa.
Beberapa saat aku mengintip melalui lubang tersebut, namun keadaan kamar yang terang benderang
itu terlihat sepi. Ketika aku hendak mengakhiri aktivitas mengintipku, tiba-tiba aku melihat pintu
kamar itu terbuka dan aku lihat seorang masuk ke dalam kamar. Aku belum begitu jelas siapa orang
itu, namun setelah orang itu sampai ke tempat yang lebih terang aku baru melihat ternyata orang
tersebut adalah seorang wanita muda. Agaknya wanita itu baru selesai mandi ketika aku melihat
rambut panjang ikalnya yang basah serta handuk yang melilit tubuhnya. Sesaat aku heran, karena
aku tak mengenal dan tak pernah melihat perempuan berkulit putih ini sebelumnya
Namun sekejap kemudian darahku terkesiap ketika aku mengamati wajah perempuan ini lebih
seksama.
“Mbak Nurul!!” desisku tertahan.
Wajah cantik Mbak Nurul yang mirip Marissa Haque teramat mudah dikenali. Tubuhku sesaat
menggigil menyadari perempuan yang tengah kuintip ini adalah Mbak Nurul yang alim berjilbab itu.
Aku tak pernah melihat tubuhnya kecuali hanya wajahnya yang terbalut jilbab lebar serta telapak
tangannya yang putih terlihat halus. Namun saat ini perempuan berjilbab itu aku lihat hanya
berlilitkan handuk pada tubuhnya. Mendadak timbul keinginanku untuk mengintip Mbak Nurul yang
agaknya hendak berganti pakaian setelah dia mandi. Dengan berdebar-debar aku berusaha lebih jelas
melihat melalui lubang kecil tersebut, namun aku harus kecewa karena dari lubang pengintip itu, aku
hanya mampu melihat tubuh Mbak Nurul sampai dari kepala sampai ke pinggangnya karena
pandangan dari sebagian lubang pengintip itu memang tertutup sebuah lemari buku. Walaupun hanya
sebagian tubuh Mbak Nurul yang terlihat, tubuhku sudah menggigil menahan birahi. Mataku
membuka lebar-lebar ketika aku lihat Mbak Nurul melepas handuk putih yang melilit tubuhnya. Aku
yakin tubuh menantu Pak Rusdi saat ini telanjang bulat. Sayangnya aku hanya mampu melihat dari
kepalanya hingga ke pinggangnya.
Aku menelan ludah berkali-kali melihat keindahan tubuh Mbak Nurul yang terlihat lewat lubang
pengintip. Mataku lekat menatap leher jenjang ibu muda ini yang terlihat mulus menggiurkan, lantas
mataku menyusuri ke bawah hingga kulihat sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang.
Nafasku mulai terengah dan kemaluanku pun mulai tegang ketika mataku lekat di dada Mbak Nurul.
Sepasang payudara ibu muda yang cukup montok ini masih terlihat kencang, walaupun tidak
sekencang payudara seorang perawan. Kulitnya yang putih mulus dengan puting susu yang
kecoklatan membuat buah dada Mbak Nurul terlihat menggiurkan dan membangkitkan birahiku.
Namun aku hanya mampu menikmati keindahan payudara Mbak Nurul saja, karena ketika mataku
menyusuri ke bawah payudaranya, lemari buku sialan itu menghalangi pandanganku, padahal aku
tahu Mbak Nurul tengah telanjang bulat saat ini. Nafasku terengah-engah melihat Mbak Nurul yang
kemudian mengenakan BH untuk menutupi sepasang buah dadanya yang sedang menjadi santapan
mataku. Aku mengakhiri keasyikanku ketika Mbak Nurul telah mengenakan pakaian, sebuah jubah
panjang berbunga-bunga. Akhirnya aku kembali ke tempat kostku yang terletak di samping rumah
Pak Rusdi dengan birahi yang memuncak. Rasa seganku kepada Mbak Nurul yang berjilbab itu
berganti rasa birahi yang membakar. Ketika aku di kamar, aku mengocok kemaluanku sembari
membayangkan kedua buah dada Mbak Nurul kulihat telanjang tadi. Aku membayangkan yang
sedang mengocok-ngocok kemaluanku adalah tangan Mbak Nurul dengan dada montoknya yang
telanjang… mmm.. aku cuma bisa mendesah-desah dan menggigit bibirku menahan nikmat, sampai
akhirnya aku mencapai puncak kenikmatanku ketika tubuhku bergetar hebat disertai muncratnya air
mani kental dari ujung penisku dan eranganku menyebut nama wanita tetanggaku itu,
membayangkan keindahan yang kuintip tadi.
“Ohhhh.. mmm.. ahhhh… sshhhh.. Mbaak Nuruuullll… ahhhhh.. enaaaaakkkk.. ahhhhhhh!!!” desahku di di ujung kenikmatanku sebelum aku tergeletak lemas.
Sejak saat itu rasa seganku kepada wanita berjilbab ini lenyap justru aku selalu membayangkan
tubuh Mbak Nurul dalam onaniku. Aku mengkhayalkan keindahan tubuh di balik pakaian jubah
panjang dan jilbab lebar yang selalu dikenakan ibu beranak dua ini. Setiap kali aku ketemu Mbak
Nurul dalam jilbab lebar dan jubah panjangnya, mataku lekat menatap sekujur tubuhnya sementara
benakku membayangkan tubuh di balik pakaian yang menutup rapat tubuhnya itu. Beberapa kali aku
menelan ludah melihat cetakan garis BH dan sekan-akan kulihat belahan buah dada yang montok itu
di dada yang tertutup jilbab lebar itu.
Akupun sekarang senang mengamati Mbak Nurul ketika dia menyapu halaman rumahnya saat sore
hari. Melalui sela-sela jendela kamar kostku, aku melihat Mbak Nurul tengah membungkuk
menyapu. Pinggulnya yang terbungkus jubah pakaiannya nampak menggiurkan. Aku berulangkali
menelan ludah ketikat melihat celana dalam yang dipakai Mbak Nurul tercetak jelas pada jubahnya
saat dia membungkuk untuk menyapu. Belahan pantatnya pun samar terlihat membuatku jakunku
naik turun menahan getaran birahi. Rasa-rasanya aku ingin menyingkap jubah yang dipakai Mbak
Nurul ke atas, sehingga aku dapat melihat pantatnya yang montok itu. Namun aku hanya mampu
membayangkan saja yang kemudian diakhiri dengan onani.
Hampir seminggu sejak aku pertama kali aku mengintip Mbak Nurul yang membuatku akhirnya
menyimpan birahi kepada wanita berjilbab tetanggaku itu. Rasa penasaranku bercampur birahi untuk
melihat tubuh Mbak Nurul di balik pakaiannya yang rapat kian menggebu. Aku selalu mencari celah
untuk mengintipnya seperti seminggu lalu, namun ternyata tak ada sebuah lubang apapun di
rumahnya untukku dapat mengintipnya dalam keadaan tak berjilbab dan berjubah itu.
Ternyata aku hanya punya kesempatan mengintip sekali itu, karena jendela itu selesai diperbaiki
sehari setelah aku mengintip melalui lubang-lubang pada jendela yang rusak itu dan aku tak melihat
ada celah untuk mengintip Mbak Nurul lagi. Sampai siang itu. Faiz, anak pertama Mbak Nurul yang
sering bermain ke tempat kostku, tertidur di kamar kostku setelah dia lelah bermain. Aku biarkan
bocah laki-laki yang baru berusia 4 tahun ini lelap dalam tidurnya, sementara aku mengutak-atik
komputer yang kebetulan rusak di kamarku. Setelah mengutak atik komputerku beberapa saat, aku
harus membeli beberapa kabel baru. Ketika aku melangkah ke arah pintu berniat membeli kabelkabel
itu, aku mendengar ketukan dan suara salam seorang wanita di pintu. Akupun membuka pintu
seraya menjawab salam, dan aku tertegun ketika ternyata Mbak Nurul yang ada di depan pintu
kostku dengan wajah pucat dan terlihat lelah.
Siang ini dia mengenakan jilbab putih lebar dengan jubah biru bermotif bunga serta kaus kaki krem
yang membungkus kedua kakinya.
“Maaf dik.. lihat Faiz anak saya, nggak? Saya sudah kemana-mana mencarinya namun nggak ada.”
tanya Mbak Nurul terdengar cemas.
Aku tersenyum mendengar kecemasannya
“Ada kok mbak, lagi tidur di kamar saya”.
Mbak Nurul menarik nafas dalam-dalam
“Syukurlah… biar saya ambil sekarang “
“Terserah, Mbak Nurul,” kataku seraya melangkah masuk dikuti wanita berjilbab ini, mataku sempat
melirik ke dada Mbak Nurul yang montok, membuat kembali terbayang kemulusan buah dada
montok yang telanjang di dada ibu muda ini saat kuintip seminggu lalu. Aku menelan ludah melihat
dada Mbak Nurul yang tertutup jilbab putih lebar itu, terlihat begitu montok menggiurkan.
“Tuh.. masih tidur” kataku sambil menunjuk Faiz yang tengah lelap diatas tempat tidurku.
Sesaat wajah cantik Mbak Nurul tampak bimbang melihat anak pertamanya itu lelap dalam tidurnya.
“Mungkin saya nitip anak saya dulu dik.. kasian kayaknya dia lelap sekali tidurnya, nanti sore aku
ambil..” desisnya lirih.
Aku tersenyum mengangguk, tapi sedetik kemudian aku ingat aku harus membeli kabel buat
komputerku.
“Nggak papa mbak, tapi sebentar aku mau pergi beli kabel, boleh aku minta mbak disini dulu
sebentar ?” tanyaku. “Sampai aku kembali”
Mbak Nurul tersenyum lantas mengangguk, namun wajah cantiknya tampak kuyu letih.
“Mm.. Mbak Nurul kayaknya letih yah.. biar aku buatkan minum buat Mbak Nurul sebentar, Mbak
khan tamu di rumah ini, apalagi baru pertamakali berkunjung,” kataku spontan.
Wajah yang terbalut jilbab putih lebar itu tersenyum
“Terserah adik.. mbak memang haus”
Tak berapa lama kemudian, aku mengambil sebuah gelas yang aku tuangi dengan syrup ABC jeruk
serta air dingin dari kulkas.
Ketika aku tengah mengaduk minuman untuk Mbak Nurul, mataku menangkap beberapa bahan
kimiawi praktikum di mejaku. Aku tahu beberapa bahan kimia itu mempunyai efek sebagai obat
tidur. Sesaat aku merasa bimbang ketika timbul keinginanku untuk mencampur minuman untuk
Mbak Nurul dengan bahan kimiawi tersebut. Aku berhenti mengaduk, mataku melirik Mbak Nurul
yang tengah duduk di karpet ruang tamu sambil membaca sebuah majalah komputer milikku. Wajah
cantik yang terbalut jilbab itu begitu mempesona, apalagi ketika kulihat ternyata ujung pakaian
jubahnya agak tertarik ke atas tanpa di sadarinya, membuat salah satu betisnya terlihat nyaris
separuhnya. Walaupun betis Mbak Nurul saat ini terbalut kaus kaki krem, namun betis yang terlihat
nyaris separuh itu terlihat begitu indah dan keindahan apalagikah ketika ujung jubah itu kian tertarik
ke atas.. tanpa sadar aku menelan ludah membayangkannya, apalagi ketika teringat keindahan buah
dada Mbak Nurul yang pernah kulihat telanjang, membuat otakku kian dipenuhi birahi terhadap
wanita berjilbab yang kini duduk di karpet ruang tamu kost.
Akhirnya tanpa ragu aku mencampurkan bahan kimia itu ke dalam minuman dingin untuk Mbak
Nurul, cukup untuk membuat wanita ini terlelap.
“Silakan diminum Mbak.. aku pergi beli kabel sebentar..” kataku dengan dada berdebar-debar.
Mbak Nurul tersenyum sambil mengucapkan terima kasih, namun dia terlihat agak gugup ketika tahu
mataku tengah memperhatikan betisnya yang tersingkap nyaris separuh itu.
“Terima kasih dik.. ngrepotin aja” kata Mbak Nurul sembari membenahi ujung jubahnya yang
tertarik ke atas dengan sedikit tergesa, sehingga betis itu kembali tertutup.
Aku tersenyum penuh arti ketika tangan Mbak Nurul membenahi ujung jubahnya dengan sedikit
gugup dan wajah yang bersemu merah.
Beberapa saat kemudian Honda GL ku meluncur meninggalkan tempat kostku. Tak sampai 15 menit
kemudian aku pun kembali. Jantungku berdegup kencang ketika aku memarkirkan sepeda motorku di teras, lantas aku membuka pintu dengan tergesa-gesa. Aku nyaris terlonjak dengan jantung
berdegup kian kencang ketika mataku menatap ke ruang tamu kostku yang hanya berlapis karpet biru
itu. Mataku terbelalak melihat Mbak Nurul ternyata telah tergeletak pulas di atas karpet ruang tamu.
“He he he he.. ternyata bahan kimia itu bekerja baik” kataku sambil mendekati tubuh Mbak Nurul
yang tergeletak pulas, sementara gelas minuman yang kuberikan untuknya terlihat kosong, tanpa
setitik air di dalamnya.
Aku tersenyum penuh nafsu, memandang wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat pulas terlentang
di atas karpet ruang tamu kostku. Dengan jantung berdegup kian kencang aku menghampiri Mbak
Nurul, lantas berlutut di sampingnya. Mataku lekat menatap wajah Mbak Nurul yang mirip artis
Marissa Haque ini. Wajah cantik berbalut jilbab putih lebar itu kian terlihat cantik saat pulas tertidur
membuatku kian bernafsu. Kemudian mataku menatap dadanya yang naik turun dengan teratur
seiring nafasnya. Sepasang buah dada montok yang tertutup jilbab putih lebar itu membuatku
menelan ludah, sehingga sesaat kemudian tanganku terulur menjamahnya. Aku merasa bermimpi
ketika tanganku dengan sedikit gemetar meraba-raba bukit montok di dada Mbak Nurul yang masih
tertutup jilbab lebar itu.
“Ohh.. montoknya” desisku dengan nafas mulai tersengal, lantas sedetik kemudian tanganku mulai
meremas buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup jilbab putih yang lebar itu.
Aku nyaris tak percaya kalau siang ini aku dapat meremas dada montok wanita berjilbab tetanggaku
yang terlihat alim it.
“Ohh.. Mbak Nurul…….!!” desahku ketika kemudian tanganku meremas-remas sepasang payudara
kenyal di dada ibu muda beranak dua ini.
Semakin lama tanganku kian liar meremas buah dada Mbak Nurul membuat jilbab putih yang
dikenakannya kusut tak karuan. Tanganku kemudian menyingkapkan jilbab putih yang menutupi
dada montok itu ke atas. Aku tersenyum ketika aku melihat tiga kancing pada bagian atas jubah yang
dipakai ibu muda ini. Tanganku terasa gemetar ketika jemariku meraih tiga buah kancing yang rapat
itu, lantas mulai membukanya satu persatu. Perlahan-lahan kulit mulus di dada Mbak Nurul yang
putih mulai terlihat merangsang birahiku. Jakunku naik turun dengan dada yang berdegup kian
kencang. Birahiku kian liar bergolak, ketika tanganku semakin lebar menyingkap bagian atas jubah
Mbak Nurul yang terbuka itu. Belahan payudara Mbak Nurul yang montok itu membuatku
kemaluanku kian mengeras dan mataku seakan tak berkedip melihat keindahan di dada wanita
berjilbab ini. Mataku pun mulai melihat, BH warna krem yang membungkus sepasang payudara
Mbak Nurul, saat aku menyingkapkan semakin lebar bagian dada jubah yang dipakai wanita
berjilbab ini.
Kemudian jubah yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah sehingga bagian atasnya tertarik
kebawah melewati pundaknya, maka tersembullah sepasang buah dada Mbak Nurul yang montok
dan mulus menggiurkan. Buah dada Mbak Nurul itu masih ketat terbungkus bh warna krem yang
dikenakan wanita berjilbab ini.
“Ooohh.. Mbak Nurul… montoknya” desisku sambil menahan birahi yang kian menggelegak.
Mataku liar melihat gundukan buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup BH warna krem.
Kemudian dengan nafsu yang kian menggelegak, tanganku menarik cup BH itu ke atas yang
membuat buah dada ibu muda ini tak tertutup lagi.
“Glek.. ohh.. Mbak Nurul….” desahku menahan birahi melihat payudara Mbak Nurul yang kini
telanjang didepannya.
Payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini begitu indah bentuknya. Walaupun Mbak Nurul telah
beranak dua, namun sepasang buah dadanya masih terlihat kencang. Kulit Mbak Nurul yang putih
mulus dan puting susu kecoklatan yang terlihat mulai tegak membuat buah dada wanita berjilbab ini
kian menggiurkan nafsuku.
Dengan gemetar tanganku mencoba menjamah buah dada ibu muda berjilbab ini. Aku seakan tak
percaya mampu menjamah payudara seorang wanita alim seperti Mbak Nurul, yang sehari-hari
kulihat selalu menutup rapat sekujur tubuhnya dengan jilbab yang lebar dan jubah panjang yang
longgar. Namun ketika tanganku merasakan kehangatan dan kekenyalan payudara Mbak Nurul yang
montok, tubuhku mengigil menahan birahi kian menggelegak. Kemudian dengan penuh nafsu
tanganku mulai meremas-remas payudara montok yang telanjang itu. Sepasang payudara yang
selama ini tersembunyi di balik jubah dan jilbab lebar yang selalu dikenakan Mbak Nurul kali ini ada
dalam remasanku yang kian liar.
“Mmm.. Mbaak Nuruulll… mmmm…” desisku sembari mempermainkan puting susu kecoklatan di
dada Mbak Nurul dengan jari-jariku.
Aku merasakan puting susu ibu muda yang aku pelintir ini kian terasa tegak dan mengerasi. Nafasku
memburu jalang, tubuhku menggigil menahan birahi menggelegak ketika tanganku bermain di dada
telanjang wanita berjilbab ini. Beberapa lama aku meremas-remas buah dada Mbak Nurul yang
telanjang itu dengan tanganku, sebelum aku mulai menjilati payudara wanita berjilbab itu dengan
lidahku dan menciuminya penuh nafsu.
Aku merasakan sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu kian kencang mengeras ketika
aku menciuminya dan menjilatinya, bahkan ketika aku mengulum puting susu yang kecoklatan itu
aku sempat terkejut oleh rintihan dari mulut Mbak Nurul. Aku menatap wajah Mbak Nurul yang
masih terbalut jilbab putihnya itu, namun aku lihat wajahnya masih lelap dalam tidurnya hanya
bibirnya memang mulai mendesah dan mengerang.
“Oohhh.. Mbak Nurul mulai terangsang…” desisku melihat keadaan wanita berjilbab ini.
Desahan yang keluar dari bibir Mbak Nurul membuatku nafsu birahiku kian liar. Mulutku kian liar
menciumi dan menjilati payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini. Puting susu yang kecoklatan
itu aku kulum dan aku hisap dengan bibir dan mulutku, membuat desahan Mbak Nurul kian sering
terdengar. Birahiku semakin terasa menggelegak jalang mendengar rintihan dan desahan wanita
berjilbab ini. Sempat terbayang beberapa hari lalu, Mbak Nurul terlihat begitu anggun dengan jubah
dan jilbab lebarnya. Waktu itu aku hanya menelan ludah melihat tonjolan montok di dada yang
tertutup jilbab lebar itu. Namun saat ini, payudara wanita berjilbab itu dapat aku nikmati sepuas
birahiku.
Cukup lama aku memuaskan nafsuku pada kedua payudara montok Mbak Nurul yang telanjang
tanpa penutup itu. Aku melihat Mbak Nurul semakin jalang mendesah dan merintih dalam tidurnya
tiap kali aku menghisap dan menjilati dan menciumi kedua buah dadanya yang montok mengiurkan
itu. Gila..baru pertama kali ini aku melihat seorang wanita berjilbab merintih begitu jalang dan liar,
oleh birahi yang mencengkeramnya.
Setelah aku puas dengan payudara Mbak Nurul, mataku beralih menatap bagian bawah tubuh ibu
muda berjilbab ini. Aku melihat walaupun beberapa kali, Mbak Nurul menggeliat dan mengejang
menahan rangsangan birahi dariku, namun ujung jubah yang dikenakan Mbak Nurul tidak sampai
tersingkap, bagian bawah Mbak Nurul masih rapi tertutup oleh jubah panjang yang dipakainya
sehingga hanya terlihat kakinya yang terbungkus kaus kaki warna krem.
Sesaat terbayang dalam benakku, rasa penasaranku selama ini yang membuatku ingin menyingkap
jubah yang dipakai Mbak Nurul. Perlahan kemudian aku mendekati kaki Mbak Nurul yang masih tertutup jubah yang dipakainya. Dengan sedikit gemetar, tanganku terulur menyingkap jubah biru
kembang yang dipakai Mbak Nurul dengan. Jantungku berdegup kencang ketika jubah itu mulai aku
singkap ke atas, mataku mulai melihat sepasang betis Mbak Nurul yang indah bentuknya. Sepasang
betis yang indah ini masih terbungkus kaus kaki warna krem yang agak tipis. Tanganku semakin
gemetar ketika ujung jubah biru itu aku singkap semakin ke atas menyusuri kaki Mbak Nurul.
Mataku kian membesar melihat ujung jubah yang tengah aku tarik ke atas itu mulai melewati lutut
wanita berjilbab ini. Aku baru tahu,ternyata kaos kaki katun yang dipakai Mbak Nurul cukup
panjang, hampir seluruh betisnya tertutup oleh kaus kaki krem yang dipakainya. Nafasku kian
mendengus kasar menahan nafsu birahiku saat ujung jubah itu aku singkap ke atas melewati kedua
lututnya, dan mataku nyaris tak berkedip melihat keindahan yang terpampang dibalik jubah yang aku
singkap semakin ke atas.
Akhirnya ujung jubah biru yang semula rapat menutup tubuh ibu muda ini tersingkap hingga ke
pinggangnya. Sepasang kaki wanita berjilbab itu kini tidak lagi tertutup jubah panjang itu.
“Ohh.. Mbak Nurul..” desisku dengan mata nyaris tak berkedip melihat pemandangan di depanku.
Sepasang paha putih Mbak Nurul yang telanjang itu tampak mulus menggiurkan. Paha putih mulus
itu masih terlihat kencang dan bulat padat. Tetapi yang membuat tubuhku menggigil hebat menahan
birahi, ketika mataku menatap pangkal paha Mbak Nurul yang telanjang. Mataku melotot melihat
kemontokan bukit kemaluan wanita berjilbab yang masih tertutup celana dalam itu. Celana dalam
biru yang dipakai Mbak Nurul termasuk tipis untuk menyembunyikan gundukan kemaluan ibu muda
ini sehingga mataku secara samar, mampu melihat bayangan bulu-bulu kemaluan dan belahan bibir
kemaluan ibu muda berjilbab ini.
Tubuhku gemetar melihat keindahan yang luar biasa ini dan batang kemaluanku terasa kian keras.
“Ohh.. mbak Nuruuulll.. Ohhh” desisku gemetar dengan mulut ternganga melihat keindahan di
depan mataku.
Terbayang kembali beberapa hari lalu, aku selalu melihat Mbak Nurul adalah seorang wanita
berjilbab lebar dan berjubah panjang membuatnya terlihat begitu alim. Beberapa menit yang lalu
sebelum pulas terpengaruh oleh minuman dariku, Mbak Nurul masih gugup dan terlihat malu ketika
ujung jubahnya tersingkap yang hanya memperlihatkan separuh betisnya. Namun saat ini hampir tak
kupercaya kalau aku telah melihat keindahan yang selama ini tersembunyi di balik jilbab lebar dan
jubah panjang Mbak Nurul itu. Aku menelan ludah berkali-kali dengan birahi kian menggelegak
melihat pemandangan di depanku. Seorang perempuan berparas cantik dengan jilbabnya yang lebar
serta jubah biru bermotif bunga tergolek dengan sepasang buah dada yang menyembul telanjang dan
bagian bawah jubahnya tersingkap hingga ke perut memperlihatkan kemulusan sepasang pahanya
dan celana dalam yang dikenakannya. Tubuhku menggigil penuh birahi yang menggelegak melihat
keindahan yang langka ini.
Mbak Nurul masih terlihat pulas dalam pengaruh obat tidur yang kucampurkan dalam minuman
untuknya. Kedua mata di wajah cantiknya yang terbalut jilbab lebar putih masih tertutup dengan
rapat, walaupun wanita berjilbab ini sempat merintih dan mengerang saat kurangsang sepasang
payudara di dadanya. Berulang kali aku menelan ludah sementara penisku sudah mengeras oleh
desakan birahi melihat keadaan Mbak Nurul saat ini. Ibu muda tetanggaku yang selama ini tak
pernah kulihat kecuali wajah cantiknya dan telapak tangannya, saat ini kulihat setengah telanjang
tergeletak di depanku. Jilbab putih lebar yang beberapa menit lalu masih rapi menyembunyikan
kemontokan dadanya, saat ini tersingkap ke atas dengan jubah yang terbuka pada bagian dadanya
dan BH yang tersingkap, sehingga sepasang buah dada wanita berjilbab beranak dua yang selama ini
tersembunyi, terpampang menggiurkan tanpa penutup.
Dengan birahi yang menggelegak, aku bergeser mendekati kaki Mbak Nurul yang terbuka itu. Aku melihat sepasang betis yang indah itu masih terbungkus kaus kaki warna krem yang cukup panjang
hampir menutupi betisnya. Dengan sedikit gemetar, aku mengulurkan tanganku melepas sepasang
kaus kaki warna krem itu dari kaki Mbak Nurul. Aku kembali menelan ludah melihat kemulusan
betis Mbak Nurul yang kini telanjang di depanku. Aku sempat tersenyum teringat beberapa menit
lalu, ketika Mbak Nurul gugup terlihat separuh betisnya olehku karena jubah yang dipakainya
tersingkap. Namun setelah wanita berjilbab ini pulas dalam pengaruh obat tidurku, aku bukan hanya
mampu melihat betisnya namun juga menjamahnya bahkan lebih.
Telapak kaki Mbak Nurul terlihat putih kemerahan, ketika tanganku meraihnya terasa halus di
tanganku. Beberapa saat aku mengelusnya sebelum kemudian bibirku mulai menciumi telapak kaki
yang bersih dan halus itu. Nafasku memburu kian cepat ketika dengan bernafsu aku menciumi dan
menjilati telapak kaki wanita ini. Telapak kaki wanita berjilbab yang telanjang itupun terlihat
berkilat oleh bekas jilatanku yang liar. Kemudian dengan penuh birahi, bibirku menyusuri kaki
Mbak Nurul semakin ke atas. Aku menciumi dan menjilati sepasang betis wanita berjilbab ini yang
tak pernah kulihat sebelumnya karena selalu tertutup oleh pakaian panjangnya. Betis putih mulus
yang indah dan ditumbuhi rambut-rambut halus itu terasa hangat di bibirku dan lidahku yang
menjilatinya. Libidoku kian menggelegak saat bibir dan lidahku menciumi serta menjilati betis indah
Mbak Nurul yang tak pernah kulihat sebelumnya ini. Nafasku terengah-engah oleh desakan birahiku
yang kian liar.
Saat bibir dan lidahku menciumi dan menjilati kemulusan betis Mbak Nurul, tanganku menyusuri
kaki wanita berjilbab ini kian ke atas. Tanganku mengelus-elus paha mulus Mbak Nurul yang
telanjang dan bulat padat ini. Begitu halus, lembut dan hangat kulit Mbak Nurul aku rasakan. Ketika
menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku merasakan kehangatan yang makin terasa
mengalir ke telapak tangannya. Kemaluanku menjadi kian menegang keras dan membuat celanaku
terasa sesak dan ketat. Jantungku makin berdegup kencang ketika aku meneruskan belaian tanganku
makin jauh ke arah pangkal kaki wanita berjilbab yang mulus. Kulit tanganku merasakan hawa yang
makin hangat dan lembab ketika tanganku makin jauh menggerayangi pangkal kaki Mbak Nurul
yang bak belalang itu. Gerakan tanganku terhenti ketika tanganku mulai menyentuh gundukan
daging yang begitu lunak dan hangat, namun terasa masih terbungkus kain celana dalam.
Beberapa saat aku meraba-raba gundukan daging lunak hangat itu mengelus-elusnya, yang ternyata
kembali membuat Mbak Nurul merintih dan mengerang oleh rabaanku pada gundukan di
selangkangannya. Bahkan semakin lama aku semakin gemas, sehingga kemaluan montok wanita
berjilbab yang masih terbungkus celana dalam itu bukan hanya aku elus-elus, namun tanganku lantas
meremas-remasnya penuh nafsu.
Aku sempat melirik wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbabnya, ketika wanita cantik ini
merintih bahkan tubuhnya menggeliat. Aku hanya menyeringai ketika aku melihat wanita berjilbab
ini tidak menunjukkan tanda-tanda sadar dari pengaruh obat tidurku. Akupun kembali menciumi dan
menjilati kaki telanjang ibu muda berjilbab yang tak pernah kulihat mulusnya saat sebelumnya.
Tanganku masih meremas-remas kemaluan montok di selangkangan Mbak Nurul ketika aku
menciumi dan menjilati sepasang paha mulusnya. Sepasang paha putih ibu muda berjilbab yang
mulus itu terasa hangat di bibir dan lidahku membuatku semakin terangsang oleh birahi. Paha yang
bulat indah dan ditumbuhi bulu-bulu halus itupun terlihat mengkilat oleh jilatan lidahku dan ciuman
bibirku. Aku melihat Mbak Nurul masih merintih-rintih dan tubuhnya menggeliat-geliat, bahkan
kian lama rintihan wanita berjilbab itu kian terdengar jalang membuatku kian bernafsu. Akhirnya
ciuman dan jilatanku terhenti ketika bibirku telah merasakan lembab dan hangatnya pangkal paha
Mbak Nurul. Aku menghentikan remasanku pada gundukan kemaluan Mbak Nurul yang masih
tertutup celana dalam biru.
Celana dalam yang dipakai ibu muda ini terlihat kusut karena remasan jari-jariku yang liar dan
bernafsu. Dengan birahi yang menggelagak tanganku kini menarik celana dalam krem yang
menutupi bagian tubuh Mbak Nurul yang paling pribadi ini. Mataku seakan tak berkedip, ketika celana dalam yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah. Bermula dari tersembulnya rambut
kemaluan yang cukup lebat dan hitam itu, aku terus menarik turun celana dalam itu. Dan aku seakan
terpukau ketika aku menarik celana dalam itu kian ke bawah, belahan kemaluan ibu muda yang
kemerahan itu pun tersembul begitu menggiurkan.
Akhirnya sesaat kemudian bagian tubuh wanita berjilbab yang paling tersembunyi inipun
terpampang tanpa penutup di depanku. Tubuhku mengigil oleh birahi melihat kemaluan telanjang
Mbak Nurul di depanku ini. Terbayang kembali di benakku, akan sebuah hasrat yang menjadi angananganku
selama ini untuk menyingkap jubah Mbak Nurul dan melihat keindahan di baliknya. Aku
tak mengira bahwa keinginanku akan terwujud siang ini tanpa kesulitan sedikitpun.
Mataku lekat menatap kemaluan Mbak Nurul yang ditumbuhi rambut cukup lebat namun terlihat
rapi. Dengan libido semakin menggelagak, aku membuka kedua paha wanita berjilbab ini lantas aku
membenamkan kepalaku diantara kedua paha putih mulus itu. Bibirku segera menciumi kemaluan
wanita berjilbab yang ditumbuhi rambut cukup lebat itu. Nafasku terengah-engah diantara kedua
paha mulus Mbak Nurul. Bibirku dengan bernafsu menciumi permukaan kemaluan ibu muda ini
dengan liar. Mbak Nurul makin jalang merintih dan mengerang, tubuhnya menggeliat menahan
rangsangan birahi di bagian tubuhnya yang paling rahasia itu. Lidahkupun bergantian menjilati
permukaan kemaluan wanita berjilbab ini sehingga rambut kemaluan Mbak Nurul terlihat basah.
Sambil membelai-belai rambut dan menjilati yang mengitari kemaluan Mbak Nurul, Aku
menghirup-hirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan wanita berjilbab ini,
lantas aku pun meneruskan dengan jilatan ke seluruh sudut selangkangan Mbak Nurul.
Sehingga kini kemaluan wanita berjilbab di depanku basah oleh air liurku. Tangankupun membuka
bibir kemaluan Mbak Nurul lantas aku julurkan lidahku ke arah klitoris dan menggelitik bagian itu
dengan ujung lidahku. Mbak Nurul yang masih belum tersadar dari pengaruh obat tidurku makin
jalang merintih dan tubuhnya makin kerap menggelinjang, ketika bagian kewanitaan yang paling
sensitif ini aku jilati. Aku merasakan ada pijitan-pijitan lembut dari lubang vagina Mbak Nurul yang
membuat lidahku seperti dijepit-jepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang
agak lengket yang terasa asin di lidahku. Mbak Nurul kini makin keras mengerang dan terengahengah
dalam tidurnya.
Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluannya aku ciumi dan aku jilati.
Pinggulnya mulai menggelinjang dan kakinya ikut menggeliat.
Melihat tingkah Mbak Nurul yang begitu merangsang menggairahkan, aku tak mampu menahan
gelegak birahiku. Aku segera menurunkan celana training beserta celana dalamku, sehingga
mencuatlah batang penisku yang besar dan panjang serta tegak mengeras kemerahan. Perlahan-lahan
kedua kaki Mbak Nurul kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Kedua lututku melebar
di samping pinggul wanita berjilbab ini lantas tangan kananku menekan pada karpet, tepat disamping
tangan Mbak Nurul, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita
ini. Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada
belahan bibir kemaluan Mbak Nurul yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosokgosok
dengan hati-hati pada bibir kemaluan wanita berjilbab tetanggaku ini.
Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Nurul dan badannya agak mengeliat, tapi
matanya masih tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir
kemaluan ibu muda berjilbab yang cantik ini. Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir
kemaluan Mbak Nurul. Dari mulut wanita berjilbab ini tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan
tetapi badannya kelihatan mulai gelisah, agaknya Mbak Nurul mulai sadar. Aku tidak mau
mengambil resiko, sebelum Mbak Nurul sadar, aku sudah harus memasukkan penisku ke dalam
kemaluan ibu muda tetanggaku ini.
Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti
pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan wanita
berjilbab ini.
Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Nurul bergerak melebar, seakan-akan tak mampu menampung
desakan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Badannya tiba-tiba mulai bergetar menggeliat dan
lantas kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu
di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan dia siap untuk berteriak. Dengan cepat aku memagut bibir
Mbak Nurul untuk mendekap mulutnya agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu,
posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pinggulku langsung menekan
ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan
Mbak Nurul dengan cepat.
Badan Mbak Nurul tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan
kedua tangannya terlihat refleks mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara
jeritan, tapi tertahan oleh bekapan bibirku yang melumat mulutnya.
“Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.
Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat dan meronta-ronta, kelihatan Mbak Nurul sangat
kaget luar biasa melihatku tengah menindihnya. Meskipun Mbak Nurul meronta-ronta hebat, akan
tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena
gerakan-gerakan wanita berjilbab ini dengan kedua kakinya yang meronta-ronta itu, penisku yang
telah terbenam di dalam vagina Mbak Nurul terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit
oleh otot-otot dalam vagina ibu muda ini.
Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan. Cukup lama wanita berjilbab ini merontaronta
hebat sebelum akhirnya rontaan Mbak Nurul ini mulai melemah. Nafasnya memburu dengan
mata yang menyorot tajam ke arahku penuh kemarahan dan kebencian. Wajah yang masih terbalut
jilbab putih lebarnya itu kini merah padam, namun kemudian mata yang menyorot tajam itu
terpejam, bahkan air matapun mengalir deras dari kedua matanya membasahi jilbab putih yang
masih membalut wajahnya. Aku tidak mempedulikan semua itu bahkan aku justru mulai
menggerakan penisku yang terjepit dalam kemaluan Mbak Nurul. Aku terus menggerak-gerakkan
penisnya naik-turun perlahan di dalam liang kemaluan ibu muda yang hangat itu. Liang itu
berdenyut-denyut, seperti mau melumat kemaluanku. Rasanya nikmat luar biasa. Sembari terus
menggerakan penisku naik turun, tanganku kembali menggerayangi payudara putih mulus yang
sudah mengeras bertambah liat itu. Tanganku meremas perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya
bagian puting susu yang sudah mencuat ke atas.
Beberapa menit kemudian aku melihat kian lama air mata dari mata Mbak Nurul yang terpejam
mulai menyusut bahkan kembali aku merasakan, wanita berjilbab ini mulai kembali terengah seperti
sebelum tersadar dari pengaruh obat tidurku.
Dengan dada berdebaran melihat perubahan pada Mbak Nurul, aku melepaskan lumatan bibirku pada
mulutnya dan aku nyaris terpekik, ketika aku melepaskan bibirku dari mulut Mbak Nurul. Ternyata
mulut Mbak Nurul tengah merintih dan mengerang, membuatku kian liar menggerakan penisku naik
turun pada kemaluan ibu muda ini. Seakan aku baru menyadari kalau wanita cukup lama ditinggal
suaminya mencari nafkah ke luar negeri, sehingga walaupun mungkin hatinya menolak perlakuanku,
namun tubuhnya tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang didapatnya. Bahkan semakin lama
aku merasakan pinggul Mbak Nurul ikut bergoyang mengikuti gerakan penisku yang naik turun
dalam jepitan kemaluannya. Semakin lama rintihan Mbak Nurul kian jalang dan tubuhnyapun
menggelinjang merasakan nikmat yang lama tak didapatinya walaupun matanya masih terpejam.
Dan akupun merasakan semakin nikmat luar biasa yang memelintir penisku dalam vagina ibu muda
berjilbab ini.
Cukup lama tubuhku naik turun menyetubuhi ibu muda berjilbab tetanggaku ini. Nafasku terengah
disertai desahan kenikmatan di atas tubuh Mbak Nurul yang juga merintih dan menggelinjang
dengan jalang. Semakin lama aku semakin merasakan nikmat pada penisku sehingga beberapa menit
kemudian aku merasakan hendak sampai ke puncak kenikmatanku. Dengan sepenuh tenaga aku
menekan pinggulku kuat-kuat sehingga ujung penisku menyentuh dasar kemaluan Mbak Nurul lalu
dengan geram yang cukup keras aku menuntaskan kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat
penisku memuntahkan cairan hangat cukup banyak dalam liang kemaluan Mbak Nurul.
Aku menggeram penuh kenikmatan “Ahhhhh.. Mbak Nuruuullll.. Ahhhhhh.. Enaaakk.” desahku
sambil memeluk Mbak Nurul erat-erat.
Beberapa saat aku menikmati orgasmeku sebelum akhirnya aku lunglai di atas tubuh wanita berjilbab
ini. Nafasku terengah-engah letih namun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang sulit
terlukiskan.
Baru sekejap aku lunglai, aku tersentak ketika aku merasakan tubuh Mbak Nurul bergetar hebat,
lantas tanpa aku duga tangannya memelukku kuat-kuat dan kedua pahanya melingkar memeluk
pinggangku dengan ketat. Wanita berjilbab ini memiawik kenikmatan ketika kurasakan penisku yang
masih terjepit dalam kemaluannya terasa tersedot-sedot sebelum akhirnya terguyur cairan hangat
yang membasahi batang penisku.
“Ahhh.. sssahhhh… enaaaaak… ahhhhhhh” pekik Mbak Nurul yang masih berbalut jilbab putih
sambil memelukku tubuhku kuat-kuat.
Rupanya wanita berjilbab ini telah sampai pada puncak kenikmatannya. Beberapa saat aku
merasakan ibu muda berjilbab ini dalam orgasme hingga akhirnya kedua tangannya yang semula
memelukku terkulai lemas dan kedua kakinya yang semula menjepit pinggangku kembali tergolek
lemas. Aku pun segera mencabut kemaluanku dan terlentang di sebelah Mbak Nurul yang terpejam
kenikmatan.
Beberapa saat suasana sunyi, hanya terdengar nafasku dan nafas Mbak Nurul yang berangsur normal.
Namun beberapa saat kemudian aku dikagetkan oleh Mbak Nurul yang tiba-tiba menjerit histeris.
Aku tergagap bangun dan kulihat wanita berjilbab ini duduk dengan menatapku penuh kebencian
dan kemarahan, bibirnya terlihat gemetar dengan wajah yang merah padam. Tubuhnya pun terlihat
menggigil hebat dengan nafas yang memburu.
“Kenapa Mbak? Bukankah Mbak Nurul juga ikut menikmati??” ujarku sambil tersenyum penuh arti
kepada wanita tetanggaku ini
“Tidaaaaaaaaaaaak..!!!!!!!!” pekik Mbak Nurul membuatku kaget.
Tapi belum sempat aku berkata kembali, tiba-tiba Mbak Nurul telah bangkit lantas membenahi jilbab
dan pakaiannya dengan tergesa-gesa. Aku hanya mampu memandangnya ketika wanita berjilbab ini
kemudian berlari keluar dari rumahku. Wajah cantiknya terlihat merah padam, dan aku lihat air mata
mengalir menyusuri pipinya.
Beberapa saat aku termangu-mangu memandang kibaran jilbab putih yang lebar yang dipakai Mbak
Nurul, saat ibu muda ini berlari keluar dari rumahku menuju rumahnya. Setelah wanita berjilbab itu
hilang dari pandanganku aku menyeringai puas..
“Ternyata aku tak hanya mampu melihat keindahan tubuh yang selalu tertutup jilbab dan pakaian
panjang itu, bahkan aku juga mampu menikmatinya hehehehe..” bisikku sambil terkekeh.
Aku masih tenggelam dalam lamunanku ketika akhirnya aku dikagetkan suara Faiz yang rupanya bangun dari tidurnya di kamarku.
“Oom, Faiz mau pulang ” katanya.
Aku tersenyum memandang anak sulung Mbak Nurul ini.
“Ya hati-hati yah.. salam buat ibumu.. ibumu memang cantik, mulus, sintal, dan hebat luar biasa, cah
bagus….. hehehehehehe!!” kataku sambil terkekeh membuat bocah cilik ini terheran-heran.
Tamat