Rabu, 16 Juli 2014

Mbak Nurul yang semok

Sejak kepindahan kostku ke daerah Depok,aku bertetangga dengan keluarga Pak Rusdi. Pegawai
Pemda DKI ini tinggal bersama istrinya dan menantunya yang biasa dipanggil Mbak Nurul oleh para
tetangga lainnya. Mbak Nurul yang telah mempunyai anak dua itu tinggal bersama mertuanya,
karena suaminya mencari nafkah ke Kuwait hampir setahun yang lalu. Usia Mbak Nurul aku taksir
sekitar 30 tahunan, atau tepatnya 31 tahun ketika aku tak sengaja mendengar salah seorang ibu
tetangga menanyakan usia menantu Pak Rusdi ini.
Satu hal yang menarik dari menantu Pak Rusdi ini adalah pakaian yang dikenakannya sehari hari.
Ibu muda ini selalu berpakaian menutup rapat sekujur tubuhnya kecuali wajahnya dan telapak
tangannya. Ibu Muda beranak dua ini selalu kulihat memakai jilbab yang lebar dan pakaian yang
panjang longgar hingga mata kaki, bahkan sepasang kakinya selalu kulihat memakai kaos kaki
kadangkala berwarna krem atau putih. Sebenarnya aku tidak terlalu memperdulikan menantu Pak
Rusdi yang kelihatan alim itu, namun kalau aku berangkat kuliah, aku sering ketemu Mbak Nurul
pulang dari belanja di pasar. Setiap kali bertemu, Mbak Nurul selalu menyapaku ramah dan
melempar senyum manisnya yang membuat aku menyadari Mbak Nurul mempunyai paras wajah
yang cantik. Wajah wanita tetanggaku yang selalu terbalut jilbab lebar ini mirip sekali dengan aktris
Marissa Haque.
Satu setengah bulan sudah aku kost di Depok, dan kadang kala aku berpikiran tentang Mbak Nurul
yang cantik itu. Apakah Mbak Nurul tidak merasa kesepian ditinggal begitu lama oleh suaminya,
namun melihat Mbak Nurul yang alim itu aku nggak berani berpikir kotor kepada wanita ini.”
Keindahan yang tersembunyi” gumamku kalau mengingat Mbak Nurul yang berwajah mirip aktris
Marissa Haque, namun tubuhnya selalu tersembunyi dalam pakaian dan jilbab panjangnya yang
rapat.
Tubuh Mbak Nurul pun kulihat cukup tingi untuk ukuran wanita, aku pernah melihat ibu muda ini
sama tinggi dengan Pak Rusdi ketika dia berjalan bersama Pak Rusdi, dan aku tahu tinggi mertua
Mbak Nurul ini 165 cm, berarti tinggi Mbak Nurul juga 165 cm.
Senja itu aku baru pulang dari praktikum kimia. Hari sudah mulai gelap, termasuk daerah di sekitar
kostku. Waktu aku lewat di samping rumah Pak Rusdi, aku melewati salah satu jendela di rumah Pak
Rusdi yang memang sedang diperbaiki. Mungkin karena sedang diperbaiki, jendela itu tidak tertutup
sempurna. Aku melihat ada beberapa lubang kecil pada jendela yang tengah diperbaiki itu dari sinar
lampu dalam rumah yang keluar lewat lubang-lubang kecil itu. Melihat lubang-lubang kecil itu timbul rasa isengku untuk mengintip ke dalam. Dengan hati-hati aku segera menempelkan mataku
pada lubang-lubang kecil tersebut, beberapa saat kemudian aku menemukan lubang yang cukup
besar untuk mengintip. Ternyata jendela tersebut adalah jendela sebuah kamar, entah kamar siapa.
Beberapa saat aku mengintip melalui lubang tersebut, namun keadaan kamar yang terang benderang
itu terlihat sepi. Ketika aku hendak mengakhiri aktivitas mengintipku, tiba-tiba aku melihat pintu
kamar itu terbuka dan aku lihat seorang masuk ke dalam kamar. Aku belum begitu jelas siapa orang
itu, namun setelah orang itu sampai ke tempat yang lebih terang aku baru melihat ternyata orang
tersebut adalah seorang wanita muda. Agaknya wanita itu baru selesai mandi ketika aku melihat
rambut panjang ikalnya yang basah serta handuk yang melilit tubuhnya. Sesaat aku heran, karena
aku tak mengenal dan tak pernah melihat perempuan berkulit putih ini sebelumnya
Namun sekejap kemudian darahku terkesiap ketika aku mengamati wajah perempuan ini lebih
seksama.
“Mbak Nurul!!” desisku tertahan.
Wajah cantik Mbak Nurul yang mirip Marissa Haque teramat mudah dikenali. Tubuhku sesaat
menggigil menyadari perempuan yang tengah kuintip ini adalah Mbak Nurul yang alim berjilbab itu.
Aku tak pernah melihat tubuhnya kecuali hanya wajahnya yang terbalut jilbab lebar serta telapak
tangannya yang putih terlihat halus. Namun saat ini perempuan berjilbab itu aku lihat hanya
berlilitkan handuk pada tubuhnya. Mendadak timbul keinginanku untuk mengintip Mbak Nurul yang
agaknya hendak berganti pakaian setelah dia mandi. Dengan berdebar-debar aku berusaha lebih jelas
melihat melalui lubang kecil tersebut, namun aku harus kecewa karena dari lubang pengintip itu, aku
hanya mampu melihat tubuh Mbak Nurul sampai dari kepala sampai ke pinggangnya karena
pandangan dari sebagian lubang pengintip itu memang tertutup sebuah lemari buku. Walaupun hanya
sebagian tubuh Mbak Nurul yang terlihat, tubuhku sudah menggigil menahan birahi. Mataku
membuka lebar-lebar ketika aku lihat Mbak Nurul melepas handuk putih yang melilit tubuhnya. Aku
yakin tubuh menantu Pak Rusdi saat ini telanjang bulat. Sayangnya aku hanya mampu melihat dari
kepalanya hingga ke pinggangnya.
Aku menelan ludah berkali-kali melihat keindahan tubuh Mbak Nurul yang terlihat lewat lubang
pengintip. Mataku lekat menatap leher jenjang ibu muda ini yang terlihat mulus menggiurkan, lantas
mataku menyusuri ke bawah hingga kulihat sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang.
Nafasku mulai terengah dan kemaluanku pun mulai tegang ketika mataku lekat di dada Mbak Nurul.
Sepasang payudara ibu muda yang cukup montok ini masih terlihat kencang, walaupun tidak
sekencang payudara seorang perawan. Kulitnya yang putih mulus dengan puting susu yang
kecoklatan membuat buah dada Mbak Nurul terlihat menggiurkan dan membangkitkan birahiku.
Namun aku hanya mampu menikmati keindahan payudara Mbak Nurul saja, karena ketika mataku
menyusuri ke bawah payudaranya, lemari buku sialan itu menghalangi pandanganku, padahal aku
tahu Mbak Nurul tengah telanjang bulat saat ini. Nafasku terengah-engah melihat Mbak Nurul yang
kemudian mengenakan BH untuk menutupi sepasang buah dadanya yang sedang menjadi santapan
mataku. Aku mengakhiri keasyikanku ketika Mbak Nurul telah mengenakan pakaian, sebuah jubah
panjang berbunga-bunga. Akhirnya aku kembali ke tempat kostku yang terletak di samping rumah
Pak Rusdi dengan birahi yang memuncak. Rasa seganku kepada Mbak Nurul yang berjilbab itu
berganti rasa birahi yang membakar. Ketika aku di kamar, aku mengocok kemaluanku sembari
membayangkan kedua buah dada Mbak Nurul kulihat telanjang tadi. Aku membayangkan yang
sedang mengocok-ngocok kemaluanku adalah tangan Mbak Nurul dengan dada montoknya yang
telanjang… mmm.. aku cuma bisa mendesah-desah dan menggigit bibirku menahan nikmat, sampai
akhirnya aku mencapai puncak kenikmatanku ketika tubuhku bergetar hebat disertai muncratnya air
mani kental dari ujung penisku dan eranganku menyebut nama wanita tetanggaku itu,
membayangkan keindahan yang kuintip tadi.
“Ohhhh.. mmm.. ahhhh… sshhhh.. Mbaak Nuruuullll… ahhhhh.. enaaaaakkkk.. ahhhhhhh!!!” desahku di di ujung kenikmatanku sebelum aku tergeletak lemas.
Sejak saat itu rasa seganku kepada wanita berjilbab ini lenyap justru aku selalu membayangkan
tubuh Mbak Nurul dalam onaniku. Aku mengkhayalkan keindahan tubuh di balik pakaian jubah
panjang dan jilbab lebar yang selalu dikenakan ibu beranak dua ini. Setiap kali aku ketemu Mbak
Nurul dalam jilbab lebar dan jubah panjangnya, mataku lekat menatap sekujur tubuhnya sementara
benakku membayangkan tubuh di balik pakaian yang menutup rapat tubuhnya itu. Beberapa kali aku
menelan ludah melihat cetakan garis BH dan sekan-akan kulihat belahan buah dada yang montok itu
di dada yang tertutup jilbab lebar itu.
Akupun sekarang senang mengamati Mbak Nurul ketika dia menyapu halaman rumahnya saat sore
hari. Melalui sela-sela jendela kamar kostku, aku melihat Mbak Nurul tengah membungkuk
menyapu. Pinggulnya yang terbungkus jubah pakaiannya nampak menggiurkan. Aku berulangkali
menelan ludah ketikat melihat celana dalam yang dipakai Mbak Nurul tercetak jelas pada jubahnya
saat dia membungkuk untuk menyapu. Belahan pantatnya pun samar terlihat membuatku jakunku
naik turun menahan getaran birahi. Rasa-rasanya aku ingin menyingkap jubah yang dipakai Mbak
Nurul ke atas, sehingga aku dapat melihat pantatnya yang montok itu. Namun aku hanya mampu
membayangkan saja yang kemudian diakhiri dengan onani.
Hampir seminggu sejak aku pertama kali aku mengintip Mbak Nurul yang membuatku akhirnya
menyimpan birahi kepada wanita berjilbab tetanggaku itu. Rasa penasaranku bercampur birahi untuk
melihat tubuh Mbak Nurul di balik pakaiannya yang rapat kian menggebu. Aku selalu mencari celah
untuk mengintipnya seperti seminggu lalu, namun ternyata tak ada sebuah lubang apapun di
rumahnya untukku dapat mengintipnya dalam keadaan tak berjilbab dan berjubah itu.
Ternyata aku hanya punya kesempatan mengintip sekali itu, karena jendela itu selesai diperbaiki
sehari setelah aku mengintip melalui lubang-lubang pada jendela yang rusak itu dan aku tak melihat
ada celah untuk mengintip Mbak Nurul lagi. Sampai siang itu. Faiz, anak pertama Mbak Nurul yang
sering bermain ke tempat kostku, tertidur di kamar kostku setelah dia lelah bermain. Aku biarkan
bocah laki-laki yang baru berusia 4 tahun ini lelap dalam tidurnya, sementara aku mengutak-atik
komputer yang kebetulan rusak di kamarku. Setelah mengutak atik komputerku beberapa saat, aku
harus membeli beberapa kabel baru. Ketika aku melangkah ke arah pintu berniat membeli kabelkabel
itu, aku mendengar ketukan dan suara salam seorang wanita di pintu. Akupun membuka pintu
seraya menjawab salam, dan aku tertegun ketika ternyata Mbak Nurul yang ada di depan pintu
kostku dengan wajah pucat dan terlihat lelah.
Siang ini dia mengenakan jilbab putih lebar dengan jubah biru bermotif bunga serta kaus kaki krem
yang membungkus kedua kakinya.
“Maaf dik.. lihat Faiz anak saya, nggak? Saya sudah kemana-mana mencarinya namun nggak ada.”
tanya Mbak Nurul terdengar cemas.
Aku tersenyum mendengar kecemasannya
“Ada kok mbak, lagi tidur di kamar saya”.
Mbak Nurul menarik nafas dalam-dalam
“Syukurlah… biar saya ambil sekarang “
“Terserah, Mbak Nurul,” kataku seraya melangkah masuk dikuti wanita berjilbab ini, mataku sempat
melirik ke dada Mbak Nurul yang montok, membuat kembali terbayang kemulusan buah dada
montok yang telanjang di dada ibu muda ini saat kuintip seminggu lalu. Aku menelan ludah melihat
dada Mbak Nurul yang tertutup jilbab putih lebar itu, terlihat begitu montok menggiurkan.
“Tuh.. masih tidur” kataku sambil menunjuk Faiz yang tengah lelap diatas tempat tidurku.
Sesaat wajah cantik Mbak Nurul tampak bimbang melihat anak pertamanya itu lelap dalam tidurnya.
“Mungkin saya nitip anak saya dulu dik.. kasian kayaknya dia lelap sekali tidurnya, nanti sore aku
ambil..” desisnya lirih.
Aku tersenyum mengangguk, tapi sedetik kemudian aku ingat aku harus membeli kabel buat
komputerku.
“Nggak papa mbak, tapi sebentar aku mau pergi beli kabel, boleh aku minta mbak disini dulu
sebentar ?” tanyaku. “Sampai aku kembali”
Mbak Nurul tersenyum lantas mengangguk, namun wajah cantiknya tampak kuyu letih.
“Mm.. Mbak Nurul kayaknya letih yah.. biar aku buatkan minum buat Mbak Nurul sebentar, Mbak
khan tamu di rumah ini, apalagi baru pertamakali berkunjung,” kataku spontan.
Wajah yang terbalut jilbab putih lebar itu tersenyum
“Terserah adik.. mbak memang haus”
Tak berapa lama kemudian, aku mengambil sebuah gelas yang aku tuangi dengan syrup ABC jeruk
serta air dingin dari kulkas.
Ketika aku tengah mengaduk minuman untuk Mbak Nurul, mataku menangkap beberapa bahan
kimiawi praktikum di mejaku. Aku tahu beberapa bahan kimia itu mempunyai efek sebagai obat
tidur. Sesaat aku merasa bimbang ketika timbul keinginanku untuk mencampur minuman untuk
Mbak Nurul dengan bahan kimiawi tersebut. Aku berhenti mengaduk, mataku melirik Mbak Nurul
yang tengah duduk di karpet ruang tamu sambil membaca sebuah majalah komputer milikku. Wajah
cantik yang terbalut jilbab itu begitu mempesona, apalagi ketika kulihat ternyata ujung pakaian
jubahnya agak tertarik ke atas tanpa di sadarinya, membuat salah satu betisnya terlihat nyaris
separuhnya. Walaupun betis Mbak Nurul saat ini terbalut kaus kaki krem, namun betis yang terlihat
nyaris separuh itu terlihat begitu indah dan keindahan apalagikah ketika ujung jubah itu kian tertarik
ke atas.. tanpa sadar aku menelan ludah membayangkannya, apalagi ketika teringat keindahan buah
dada Mbak Nurul yang pernah kulihat telanjang, membuat otakku kian dipenuhi birahi terhadap
wanita berjilbab yang kini duduk di karpet ruang tamu kost.
Akhirnya tanpa ragu aku mencampurkan bahan kimia itu ke dalam minuman dingin untuk Mbak
Nurul, cukup untuk membuat wanita ini terlelap.
“Silakan diminum Mbak.. aku pergi beli kabel sebentar..” kataku dengan dada berdebar-debar.
Mbak Nurul tersenyum sambil mengucapkan terima kasih, namun dia terlihat agak gugup ketika tahu
mataku tengah memperhatikan betisnya yang tersingkap nyaris separuh itu.
“Terima kasih dik.. ngrepotin aja” kata Mbak Nurul sembari membenahi ujung jubahnya yang
tertarik ke atas dengan sedikit tergesa, sehingga betis itu kembali tertutup.
Aku tersenyum penuh arti ketika tangan Mbak Nurul membenahi ujung jubahnya dengan sedikit
gugup dan wajah yang bersemu merah.
Beberapa saat kemudian Honda GL ku meluncur meninggalkan tempat kostku. Tak sampai 15 menit
kemudian aku pun kembali. Jantungku berdegup kencang ketika aku memarkirkan sepeda motorku di teras, lantas aku membuka pintu dengan tergesa-gesa. Aku nyaris terlonjak dengan jantung
berdegup kian kencang ketika mataku menatap ke ruang tamu kostku yang hanya berlapis karpet biru
itu. Mataku terbelalak melihat Mbak Nurul ternyata telah tergeletak pulas di atas karpet ruang tamu.
“He he he he.. ternyata bahan kimia itu bekerja baik” kataku sambil mendekati tubuh Mbak Nurul
yang tergeletak pulas, sementara gelas minuman yang kuberikan untuknya terlihat kosong, tanpa
setitik air di dalamnya.
Aku tersenyum penuh nafsu, memandang wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat pulas terlentang
di atas karpet ruang tamu kostku. Dengan jantung berdegup kian kencang aku menghampiri Mbak
Nurul, lantas berlutut di sampingnya. Mataku lekat menatap wajah Mbak Nurul yang mirip artis
Marissa Haque ini. Wajah cantik berbalut jilbab putih lebar itu kian terlihat cantik saat pulas tertidur
membuatku kian bernafsu. Kemudian mataku menatap dadanya yang naik turun dengan teratur
seiring nafasnya. Sepasang buah dada montok yang tertutup jilbab putih lebar itu membuatku
menelan ludah, sehingga sesaat kemudian tanganku terulur menjamahnya. Aku merasa bermimpi
ketika tanganku dengan sedikit gemetar meraba-raba bukit montok di dada Mbak Nurul yang masih
tertutup jilbab lebar itu.
“Ohh.. montoknya” desisku dengan nafas mulai tersengal, lantas sedetik kemudian tanganku mulai
meremas buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup jilbab putih yang lebar itu.
Aku nyaris tak percaya kalau siang ini aku dapat meremas dada montok wanita berjilbab tetanggaku
yang terlihat alim it.
“Ohh.. Mbak Nurul…….!!” desahku ketika kemudian tanganku meremas-remas sepasang payudara
kenyal di dada ibu muda beranak dua ini.
Semakin lama tanganku kian liar meremas buah dada Mbak Nurul membuat jilbab putih yang
dikenakannya kusut tak karuan. Tanganku kemudian menyingkapkan jilbab putih yang menutupi
dada montok itu ke atas. Aku tersenyum ketika aku melihat tiga kancing pada bagian atas jubah yang
dipakai ibu muda ini. Tanganku terasa gemetar ketika jemariku meraih tiga buah kancing yang rapat
itu, lantas mulai membukanya satu persatu. Perlahan-lahan kulit mulus di dada Mbak Nurul yang
putih mulai terlihat merangsang birahiku. Jakunku naik turun dengan dada yang berdegup kian
kencang. Birahiku kian liar bergolak, ketika tanganku semakin lebar menyingkap bagian atas jubah
Mbak Nurul yang terbuka itu. Belahan payudara Mbak Nurul yang montok itu membuatku
kemaluanku kian mengeras dan mataku seakan tak berkedip melihat keindahan di dada wanita
berjilbab ini. Mataku pun mulai melihat, BH warna krem yang membungkus sepasang payudara
Mbak Nurul, saat aku menyingkapkan semakin lebar bagian dada jubah yang dipakai wanita
berjilbab ini.
Kemudian jubah yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah sehingga bagian atasnya tertarik
kebawah melewati pundaknya, maka tersembullah sepasang buah dada Mbak Nurul yang montok
dan mulus menggiurkan. Buah dada Mbak Nurul itu masih ketat terbungkus bh warna krem yang
dikenakan wanita berjilbab ini.
“Ooohh.. Mbak Nurul… montoknya” desisku sambil menahan birahi yang kian menggelegak.
Mataku liar melihat gundukan buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup BH warna krem.
Kemudian dengan nafsu yang kian menggelegak, tanganku menarik cup BH itu ke atas yang
membuat buah dada ibu muda ini tak tertutup lagi.
“Glek.. ohh.. Mbak Nurul….” desahku menahan birahi melihat payudara Mbak Nurul yang kini
telanjang didepannya.
Payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini begitu indah bentuknya. Walaupun Mbak Nurul telah
beranak dua, namun sepasang buah dadanya masih terlihat kencang. Kulit Mbak Nurul yang putih
mulus dan puting susu kecoklatan yang terlihat mulai tegak membuat buah dada wanita berjilbab ini
kian menggiurkan nafsuku.
Dengan gemetar tanganku mencoba menjamah buah dada ibu muda berjilbab ini. Aku seakan tak
percaya mampu menjamah payudara seorang wanita alim seperti Mbak Nurul, yang sehari-hari
kulihat selalu menutup rapat sekujur tubuhnya dengan jilbab yang lebar dan jubah panjang yang
longgar. Namun ketika tanganku merasakan kehangatan dan kekenyalan payudara Mbak Nurul yang
montok, tubuhku mengigil menahan birahi kian menggelegak. Kemudian dengan penuh nafsu
tanganku mulai meremas-remas payudara montok yang telanjang itu. Sepasang payudara yang
selama ini tersembunyi di balik jubah dan jilbab lebar yang selalu dikenakan Mbak Nurul kali ini ada
dalam remasanku yang kian liar.
“Mmm.. Mbaak Nuruulll… mmmm…” desisku sembari mempermainkan puting susu kecoklatan di
dada Mbak Nurul dengan jari-jariku.
Aku merasakan puting susu ibu muda yang aku pelintir ini kian terasa tegak dan mengerasi. Nafasku
memburu jalang, tubuhku menggigil menahan birahi menggelegak ketika tanganku bermain di dada
telanjang wanita berjilbab ini. Beberapa lama aku meremas-remas buah dada Mbak Nurul yang
telanjang itu dengan tanganku, sebelum aku mulai menjilati payudara wanita berjilbab itu dengan
lidahku dan menciuminya penuh nafsu.
Aku merasakan sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu kian kencang mengeras ketika
aku menciuminya dan menjilatinya, bahkan ketika aku mengulum puting susu yang kecoklatan itu
aku sempat terkejut oleh rintihan dari mulut Mbak Nurul. Aku menatap wajah Mbak Nurul yang
masih terbalut jilbab putihnya itu, namun aku lihat wajahnya masih lelap dalam tidurnya hanya
bibirnya memang mulai mendesah dan mengerang.
“Oohhh.. Mbak Nurul mulai terangsang…” desisku melihat keadaan wanita berjilbab ini.
Desahan yang keluar dari bibir Mbak Nurul membuatku nafsu birahiku kian liar. Mulutku kian liar
menciumi dan menjilati payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini. Puting susu yang kecoklatan
itu aku kulum dan aku hisap dengan bibir dan mulutku, membuat desahan Mbak Nurul kian sering
terdengar. Birahiku semakin terasa menggelegak jalang mendengar rintihan dan desahan wanita
berjilbab ini. Sempat terbayang beberapa hari lalu, Mbak Nurul terlihat begitu anggun dengan jubah
dan jilbab lebarnya. Waktu itu aku hanya menelan ludah melihat tonjolan montok di dada yang
tertutup jilbab lebar itu. Namun saat ini, payudara wanita berjilbab itu dapat aku nikmati sepuas
birahiku.
Cukup lama aku memuaskan nafsuku pada kedua payudara montok Mbak Nurul yang telanjang
tanpa penutup itu. Aku melihat Mbak Nurul semakin jalang mendesah dan merintih dalam tidurnya
tiap kali aku menghisap dan menjilati dan menciumi kedua buah dadanya yang montok mengiurkan
itu. Gila..baru pertama kali ini aku melihat seorang wanita berjilbab merintih begitu jalang dan liar,
oleh birahi yang mencengkeramnya.
Setelah aku puas dengan payudara Mbak Nurul, mataku beralih menatap bagian bawah tubuh ibu
muda berjilbab ini. Aku melihat walaupun beberapa kali, Mbak Nurul menggeliat dan mengejang
menahan rangsangan birahi dariku, namun ujung jubah yang dikenakan Mbak Nurul tidak sampai
tersingkap, bagian bawah Mbak Nurul masih rapi tertutup oleh jubah panjang yang dipakainya
sehingga hanya terlihat kakinya yang terbungkus kaus kaki warna krem.
Sesaat terbayang dalam benakku, rasa penasaranku selama ini yang membuatku ingin menyingkap
jubah yang dipakai Mbak Nurul. Perlahan kemudian aku mendekati kaki Mbak Nurul yang masih tertutup jubah yang dipakainya. Dengan sedikit gemetar, tanganku terulur menyingkap jubah biru
kembang yang dipakai Mbak Nurul dengan. Jantungku berdegup kencang ketika jubah itu mulai aku
singkap ke atas, mataku mulai melihat sepasang betis Mbak Nurul yang indah bentuknya. Sepasang
betis yang indah ini masih terbungkus kaus kaki warna krem yang agak tipis. Tanganku semakin
gemetar ketika ujung jubah biru itu aku singkap semakin ke atas menyusuri kaki Mbak Nurul.
Mataku kian membesar melihat ujung jubah yang tengah aku tarik ke atas itu mulai melewati lutut
wanita berjilbab ini. Aku baru tahu,ternyata kaos kaki katun yang dipakai Mbak Nurul cukup
panjang, hampir seluruh betisnya tertutup oleh kaus kaki krem yang dipakainya. Nafasku kian
mendengus kasar menahan nafsu birahiku saat ujung jubah itu aku singkap ke atas melewati kedua
lututnya, dan mataku nyaris tak berkedip melihat keindahan yang terpampang dibalik jubah yang aku
singkap semakin ke atas.
Akhirnya ujung jubah biru yang semula rapat menutup tubuh ibu muda ini tersingkap hingga ke
pinggangnya. Sepasang kaki wanita berjilbab itu kini tidak lagi tertutup jubah panjang itu.
“Ohh.. Mbak Nurul..” desisku dengan mata nyaris tak berkedip melihat pemandangan di depanku.
Sepasang paha putih Mbak Nurul yang telanjang itu tampak mulus menggiurkan. Paha putih mulus
itu masih terlihat kencang dan bulat padat. Tetapi yang membuat tubuhku menggigil hebat menahan
birahi, ketika mataku menatap pangkal paha Mbak Nurul yang telanjang. Mataku melotot melihat
kemontokan bukit kemaluan wanita berjilbab yang masih tertutup celana dalam itu. Celana dalam
biru yang dipakai Mbak Nurul termasuk tipis untuk menyembunyikan gundukan kemaluan ibu muda
ini sehingga mataku secara samar, mampu melihat bayangan bulu-bulu kemaluan dan belahan bibir
kemaluan ibu muda berjilbab ini.
Tubuhku gemetar melihat keindahan yang luar biasa ini dan batang kemaluanku terasa kian keras.
“Ohh.. mbak Nuruuulll.. Ohhh” desisku gemetar dengan mulut ternganga melihat keindahan di
depan mataku.
Terbayang kembali beberapa hari lalu, aku selalu melihat Mbak Nurul adalah seorang wanita
berjilbab lebar dan berjubah panjang membuatnya terlihat begitu alim. Beberapa menit yang lalu
sebelum pulas terpengaruh oleh minuman dariku, Mbak Nurul masih gugup dan terlihat malu ketika
ujung jubahnya tersingkap yang hanya memperlihatkan separuh betisnya. Namun saat ini hampir tak
kupercaya kalau aku telah melihat keindahan yang selama ini tersembunyi di balik jilbab lebar dan
jubah panjang Mbak Nurul itu. Aku menelan ludah berkali-kali dengan birahi kian menggelegak
melihat pemandangan di depanku. Seorang perempuan berparas cantik dengan jilbabnya yang lebar
serta jubah biru bermotif bunga tergolek dengan sepasang buah dada yang menyembul telanjang dan
bagian bawah jubahnya tersingkap hingga ke perut memperlihatkan kemulusan sepasang pahanya
dan celana dalam yang dikenakannya. Tubuhku menggigil penuh birahi yang menggelegak melihat
keindahan yang langka ini.
Mbak Nurul masih terlihat pulas dalam pengaruh obat tidur yang kucampurkan dalam minuman
untuknya. Kedua mata di wajah cantiknya yang terbalut jilbab lebar putih masih tertutup dengan
rapat, walaupun wanita berjilbab ini sempat merintih dan mengerang saat kurangsang sepasang
payudara di dadanya. Berulang kali aku menelan ludah sementara penisku sudah mengeras oleh
desakan birahi melihat keadaan Mbak Nurul saat ini. Ibu muda tetanggaku yang selama ini tak
pernah kulihat kecuali wajah cantiknya dan telapak tangannya, saat ini kulihat setengah telanjang
tergeletak di depanku. Jilbab putih lebar yang beberapa menit lalu masih rapi menyembunyikan
kemontokan dadanya, saat ini tersingkap ke atas dengan jubah yang terbuka pada bagian dadanya
dan BH yang tersingkap, sehingga sepasang buah dada wanita berjilbab beranak dua yang selama ini
tersembunyi, terpampang menggiurkan tanpa penutup.
Dengan birahi yang menggelegak, aku bergeser mendekati kaki Mbak Nurul yang terbuka itu. Aku melihat sepasang betis yang indah itu masih terbungkus kaus kaki warna krem yang cukup panjang
hampir menutupi betisnya. Dengan sedikit gemetar, aku mengulurkan tanganku melepas sepasang
kaus kaki warna krem itu dari kaki Mbak Nurul. Aku kembali menelan ludah melihat kemulusan
betis Mbak Nurul yang kini telanjang di depanku. Aku sempat tersenyum teringat beberapa menit
lalu, ketika Mbak Nurul gugup terlihat separuh betisnya olehku karena jubah yang dipakainya
tersingkap. Namun setelah wanita berjilbab ini pulas dalam pengaruh obat tidurku, aku bukan hanya
mampu melihat betisnya namun juga menjamahnya bahkan lebih.
Telapak kaki Mbak Nurul terlihat putih kemerahan, ketika tanganku meraihnya terasa halus di
tanganku. Beberapa saat aku mengelusnya sebelum kemudian bibirku mulai menciumi telapak kaki
yang bersih dan halus itu. Nafasku memburu kian cepat ketika dengan bernafsu aku menciumi dan
menjilati telapak kaki wanita ini. Telapak kaki wanita berjilbab yang telanjang itupun terlihat
berkilat oleh bekas jilatanku yang liar. Kemudian dengan penuh birahi, bibirku menyusuri kaki
Mbak Nurul semakin ke atas. Aku menciumi dan menjilati sepasang betis wanita berjilbab ini yang
tak pernah kulihat sebelumnya karena selalu tertutup oleh pakaian panjangnya. Betis putih mulus
yang indah dan ditumbuhi rambut-rambut halus itu terasa hangat di bibirku dan lidahku yang
menjilatinya. Libidoku kian menggelegak saat bibir dan lidahku menciumi serta menjilati betis indah
Mbak Nurul yang tak pernah kulihat sebelumnya ini. Nafasku terengah-engah oleh desakan birahiku
yang kian liar.
Saat bibir dan lidahku menciumi dan menjilati kemulusan betis Mbak Nurul, tanganku menyusuri
kaki wanita berjilbab ini kian ke atas. Tanganku mengelus-elus paha mulus Mbak Nurul yang
telanjang dan bulat padat ini. Begitu halus, lembut dan hangat kulit Mbak Nurul aku rasakan. Ketika
menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku merasakan kehangatan yang makin terasa
mengalir ke telapak tangannya. Kemaluanku menjadi kian menegang keras dan membuat celanaku
terasa sesak dan ketat. Jantungku makin berdegup kencang ketika aku meneruskan belaian tanganku
makin jauh ke arah pangkal kaki wanita berjilbab yang mulus. Kulit tanganku merasakan hawa yang
makin hangat dan lembab ketika tanganku makin jauh menggerayangi pangkal kaki Mbak Nurul
yang bak belalang itu. Gerakan tanganku terhenti ketika tanganku mulai menyentuh gundukan
daging yang begitu lunak dan hangat, namun terasa masih terbungkus kain celana dalam.
Beberapa saat aku meraba-raba gundukan daging lunak hangat itu mengelus-elusnya, yang ternyata
kembali membuat Mbak Nurul merintih dan mengerang oleh rabaanku pada gundukan di
selangkangannya. Bahkan semakin lama aku semakin gemas, sehingga kemaluan montok wanita
berjilbab yang masih terbungkus celana dalam itu bukan hanya aku elus-elus, namun tanganku lantas
meremas-remasnya penuh nafsu.
Aku sempat melirik wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbabnya, ketika wanita cantik ini
merintih bahkan tubuhnya menggeliat. Aku hanya menyeringai ketika aku melihat wanita berjilbab
ini tidak menunjukkan tanda-tanda sadar dari pengaruh obat tidurku. Akupun kembali menciumi dan
menjilati kaki telanjang ibu muda berjilbab yang tak pernah kulihat mulusnya saat sebelumnya.
Tanganku masih meremas-remas kemaluan montok di selangkangan Mbak Nurul ketika aku
menciumi dan menjilati sepasang paha mulusnya. Sepasang paha putih ibu muda berjilbab yang
mulus itu terasa hangat di bibir dan lidahku membuatku semakin terangsang oleh birahi. Paha yang
bulat indah dan ditumbuhi bulu-bulu halus itupun terlihat mengkilat oleh jilatan lidahku dan ciuman
bibirku. Aku melihat Mbak Nurul masih merintih-rintih dan tubuhnya menggeliat-geliat, bahkan
kian lama rintihan wanita berjilbab itu kian terdengar jalang membuatku kian bernafsu. Akhirnya
ciuman dan jilatanku terhenti ketika bibirku telah merasakan lembab dan hangatnya pangkal paha
Mbak Nurul. Aku menghentikan remasanku pada gundukan kemaluan Mbak Nurul yang masih
tertutup celana dalam biru.
Celana dalam yang dipakai ibu muda ini terlihat kusut karena remasan jari-jariku yang liar dan
bernafsu. Dengan birahi yang menggelagak tanganku kini menarik celana dalam krem yang
menutupi bagian tubuh Mbak Nurul yang paling pribadi ini. Mataku seakan tak berkedip, ketika celana dalam yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah. Bermula dari tersembulnya rambut
kemaluan yang cukup lebat dan hitam itu, aku terus menarik turun celana dalam itu. Dan aku seakan
terpukau ketika aku menarik celana dalam itu kian ke bawah, belahan kemaluan ibu muda yang
kemerahan itu pun tersembul begitu menggiurkan.
Akhirnya sesaat kemudian bagian tubuh wanita berjilbab yang paling tersembunyi inipun
terpampang tanpa penutup di depanku. Tubuhku mengigil oleh birahi melihat kemaluan telanjang
Mbak Nurul di depanku ini. Terbayang kembali di benakku, akan sebuah hasrat yang menjadi angananganku
selama ini untuk menyingkap jubah Mbak Nurul dan melihat keindahan di baliknya. Aku
tak mengira bahwa keinginanku akan terwujud siang ini tanpa kesulitan sedikitpun.
Mataku lekat menatap kemaluan Mbak Nurul yang ditumbuhi rambut cukup lebat namun terlihat
rapi. Dengan libido semakin menggelagak, aku membuka kedua paha wanita berjilbab ini lantas aku
membenamkan kepalaku diantara kedua paha putih mulus itu. Bibirku segera menciumi kemaluan
wanita berjilbab yang ditumbuhi rambut cukup lebat itu. Nafasku terengah-engah diantara kedua
paha mulus Mbak Nurul. Bibirku dengan bernafsu menciumi permukaan kemaluan ibu muda ini
dengan liar. Mbak Nurul makin jalang merintih dan mengerang, tubuhnya menggeliat menahan
rangsangan birahi di bagian tubuhnya yang paling rahasia itu. Lidahkupun bergantian menjilati
permukaan kemaluan wanita berjilbab ini sehingga rambut kemaluan Mbak Nurul terlihat basah.
Sambil membelai-belai rambut dan menjilati yang mengitari kemaluan Mbak Nurul, Aku
menghirup-hirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan wanita berjilbab ini,
lantas aku pun meneruskan dengan jilatan ke seluruh sudut selangkangan Mbak Nurul.
Sehingga kini kemaluan wanita berjilbab di depanku basah oleh air liurku. Tangankupun membuka
bibir kemaluan Mbak Nurul lantas aku julurkan lidahku ke arah klitoris dan menggelitik bagian itu
dengan ujung lidahku. Mbak Nurul yang masih belum tersadar dari pengaruh obat tidurku makin
jalang merintih dan tubuhnya makin kerap menggelinjang, ketika bagian kewanitaan yang paling
sensitif ini aku jilati. Aku merasakan ada pijitan-pijitan lembut dari lubang vagina Mbak Nurul yang
membuat lidahku seperti dijepit-jepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang
agak lengket yang terasa asin di lidahku. Mbak Nurul kini makin keras mengerang dan terengahengah
dalam tidurnya.
Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluannya aku ciumi dan aku jilati.
Pinggulnya mulai menggelinjang dan kakinya ikut menggeliat.
Melihat tingkah Mbak Nurul yang begitu merangsang menggairahkan, aku tak mampu menahan
gelegak birahiku. Aku segera menurunkan celana training beserta celana dalamku, sehingga
mencuatlah batang penisku yang besar dan panjang serta tegak mengeras kemerahan. Perlahan-lahan
kedua kaki Mbak Nurul kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Kedua lututku melebar
di samping pinggul wanita berjilbab ini lantas tangan kananku menekan pada karpet, tepat disamping
tangan Mbak Nurul, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita
ini. Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada
belahan bibir kemaluan Mbak Nurul yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosokgosok
dengan hati-hati pada bibir kemaluan wanita berjilbab tetanggaku ini.
Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Nurul dan badannya agak mengeliat, tapi
matanya masih tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir
kemaluan ibu muda berjilbab yang cantik ini. Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir
kemaluan Mbak Nurul. Dari mulut wanita berjilbab ini tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan
tetapi badannya kelihatan mulai gelisah, agaknya Mbak Nurul mulai sadar. Aku tidak mau
mengambil resiko, sebelum Mbak Nurul sadar, aku sudah harus memasukkan penisku ke dalam
kemaluan ibu muda tetanggaku ini.
Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti
pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan wanita
berjilbab ini.
Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Nurul bergerak melebar, seakan-akan tak mampu menampung
desakan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Badannya tiba-tiba mulai bergetar menggeliat dan
lantas kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu
di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan dia siap untuk berteriak. Dengan cepat aku memagut bibir
Mbak Nurul untuk mendekap mulutnya agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu,
posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pinggulku langsung menekan
ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan
Mbak Nurul dengan cepat.
Badan Mbak Nurul tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan
kedua tangannya terlihat refleks mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara
jeritan, tapi tertahan oleh bekapan bibirku yang melumat mulutnya.
“Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.
Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat dan meronta-ronta, kelihatan Mbak Nurul sangat
kaget luar biasa melihatku tengah menindihnya. Meskipun Mbak Nurul meronta-ronta hebat, akan
tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena
gerakan-gerakan wanita berjilbab ini dengan kedua kakinya yang meronta-ronta itu, penisku yang
telah terbenam di dalam vagina Mbak Nurul terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit
oleh otot-otot dalam vagina ibu muda ini.
Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan. Cukup lama wanita berjilbab ini merontaronta
hebat sebelum akhirnya rontaan Mbak Nurul ini mulai melemah. Nafasnya memburu dengan
mata yang menyorot tajam ke arahku penuh kemarahan dan kebencian. Wajah yang masih terbalut
jilbab putih lebarnya itu kini merah padam, namun kemudian mata yang menyorot tajam itu
terpejam, bahkan air matapun mengalir deras dari kedua matanya membasahi jilbab putih yang
masih membalut wajahnya. Aku tidak mempedulikan semua itu bahkan aku justru mulai
menggerakan penisku yang terjepit dalam kemaluan Mbak Nurul. Aku terus menggerak-gerakkan
penisnya naik-turun perlahan di dalam liang kemaluan ibu muda yang hangat itu. Liang itu
berdenyut-denyut, seperti mau melumat kemaluanku. Rasanya nikmat luar biasa. Sembari terus
menggerakan penisku naik turun, tanganku kembali menggerayangi payudara putih mulus yang
sudah mengeras bertambah liat itu. Tanganku meremas perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya
bagian puting susu yang sudah mencuat ke atas.
Beberapa menit kemudian aku melihat kian lama air mata dari mata Mbak Nurul yang terpejam
mulai menyusut bahkan kembali aku merasakan, wanita berjilbab ini mulai kembali terengah seperti
sebelum tersadar dari pengaruh obat tidurku.
Dengan dada berdebaran melihat perubahan pada Mbak Nurul, aku melepaskan lumatan bibirku pada
mulutnya dan aku nyaris terpekik, ketika aku melepaskan bibirku dari mulut Mbak Nurul. Ternyata
mulut Mbak Nurul tengah merintih dan mengerang, membuatku kian liar menggerakan penisku naik
turun pada kemaluan ibu muda ini. Seakan aku baru menyadari kalau wanita cukup lama ditinggal
suaminya mencari nafkah ke luar negeri, sehingga walaupun mungkin hatinya menolak perlakuanku,
namun tubuhnya tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang didapatnya. Bahkan semakin lama
aku merasakan pinggul Mbak Nurul ikut bergoyang mengikuti gerakan penisku yang naik turun
dalam jepitan kemaluannya. Semakin lama rintihan Mbak Nurul kian jalang dan tubuhnyapun
menggelinjang merasakan nikmat yang lama tak didapatinya walaupun matanya masih terpejam.
Dan akupun merasakan semakin nikmat luar biasa yang memelintir penisku dalam vagina ibu muda
berjilbab ini.
Cukup lama tubuhku naik turun menyetubuhi ibu muda berjilbab tetanggaku ini. Nafasku terengah
disertai desahan kenikmatan di atas tubuh Mbak Nurul yang juga merintih dan menggelinjang
dengan jalang. Semakin lama aku semakin merasakan nikmat pada penisku sehingga beberapa menit
kemudian aku merasakan hendak sampai ke puncak kenikmatanku. Dengan sepenuh tenaga aku
menekan pinggulku kuat-kuat sehingga ujung penisku menyentuh dasar kemaluan Mbak Nurul lalu
dengan geram yang cukup keras aku menuntaskan kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat
penisku memuntahkan cairan hangat cukup banyak dalam liang kemaluan Mbak Nurul.
Aku menggeram penuh kenikmatan “Ahhhhh.. Mbak Nuruuullll.. Ahhhhhh.. Enaaakk.” desahku
sambil memeluk Mbak Nurul erat-erat.
Beberapa saat aku menikmati orgasmeku sebelum akhirnya aku lunglai di atas tubuh wanita berjilbab
ini. Nafasku terengah-engah letih namun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang sulit
terlukiskan.
Baru sekejap aku lunglai, aku tersentak ketika aku merasakan tubuh Mbak Nurul bergetar hebat,
lantas tanpa aku duga tangannya memelukku kuat-kuat dan kedua pahanya melingkar memeluk
pinggangku dengan ketat. Wanita berjilbab ini memiawik kenikmatan ketika kurasakan penisku yang
masih terjepit dalam kemaluannya terasa tersedot-sedot sebelum akhirnya terguyur cairan hangat
yang membasahi batang penisku.
“Ahhh.. sssahhhh… enaaaaak… ahhhhhhh” pekik Mbak Nurul yang masih berbalut jilbab putih
sambil memelukku tubuhku kuat-kuat.
Rupanya wanita berjilbab ini telah sampai pada puncak kenikmatannya. Beberapa saat aku
merasakan ibu muda berjilbab ini dalam orgasme hingga akhirnya kedua tangannya yang semula
memelukku terkulai lemas dan kedua kakinya yang semula menjepit pinggangku kembali tergolek
lemas. Aku pun segera mencabut kemaluanku dan terlentang di sebelah Mbak Nurul yang terpejam
kenikmatan.
Beberapa saat suasana sunyi, hanya terdengar nafasku dan nafas Mbak Nurul yang berangsur normal.
Namun beberapa saat kemudian aku dikagetkan oleh Mbak Nurul yang tiba-tiba menjerit histeris.
Aku tergagap bangun dan kulihat wanita berjilbab ini duduk dengan menatapku penuh kebencian
dan kemarahan, bibirnya terlihat gemetar dengan wajah yang merah padam. Tubuhnya pun terlihat
menggigil hebat dengan nafas yang memburu.
“Kenapa Mbak? Bukankah Mbak Nurul juga ikut menikmati??” ujarku sambil tersenyum penuh arti
kepada wanita tetanggaku ini
“Tidaaaaaaaaaaaak..!!!!!!!!” pekik Mbak Nurul membuatku kaget.
Tapi belum sempat aku berkata kembali, tiba-tiba Mbak Nurul telah bangkit lantas membenahi jilbab
dan pakaiannya dengan tergesa-gesa. Aku hanya mampu memandangnya ketika wanita berjilbab ini
kemudian berlari keluar dari rumahku. Wajah cantiknya terlihat merah padam, dan aku lihat air mata
mengalir menyusuri pipinya.
Beberapa saat aku termangu-mangu memandang kibaran jilbab putih yang lebar yang dipakai Mbak
Nurul, saat ibu muda ini berlari keluar dari rumahku menuju rumahnya. Setelah wanita berjilbab itu
hilang dari pandanganku aku menyeringai puas..
“Ternyata aku tak hanya mampu melihat keindahan tubuh yang selalu tertutup jilbab dan pakaian
panjang itu, bahkan aku juga mampu menikmatinya hehehehe..” bisikku sambil terkekeh.
Aku masih tenggelam dalam lamunanku ketika akhirnya aku dikagetkan suara Faiz yang rupanya bangun dari tidurnya di kamarku.
“Oom, Faiz mau pulang ” katanya.
Aku tersenyum memandang anak sulung Mbak Nurul ini.
“Ya hati-hati yah.. salam buat ibumu.. ibumu memang cantik, mulus, sintal, dan hebat luar biasa, cah
bagus….. hehehehehehe!!” kataku sambil terkekeh membuat bocah cilik ini terheran-heran.
Tamat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar